Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak Pemanasan Global, Terumbu Karang Bisa Punah

Sekalipun masyarakat dunia berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca, kelebihan panas akan tetap ada di lautan. Sebanyak 90% terumbu karang terancam punah.
Para penyelam The Big Build tengah memasang reef star di perairan Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan - MARS
Para penyelam The Big Build tengah memasang reef star di perairan Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan - MARS

Bisnis, JAKARTA - Terumbu karang tengah mengalami fase pemutihan karang global, hal ini sebagai dampak dari aktivitas perubahan iklim yang tengah terjadi. Proses perbaikan melalui asistensi terhadap negara berkembang penting dilakukan.

Profesor Australian Institute of Marine Science Mark Gibbs mengungkapkan peristiwa pemutihan karang global keempat sedang berlangsung dan bukan menjadi yang terakhir.

Menurutnya, sekalipun masyarakat dunia berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim, kelebihan panas akan tetap ada di lautan.

"Saya yakin negara-negara berpendapatan tinggi seperti Australia mempunyai tanggung jawab moral untuk membantu terumbu karang membangun ketahanan terhadap tekanan panas, di mana pun mereka berada. Hal ini termasuk memastikan metode ini dapat diakses oleh semua orang," jelasnya dikutip dari the conversation, Rabu (12/6/2024).

Dia melanjutkan negara-negara berpenghasilan tinggi sebagian besar bertanggung jawab atas perubahan iklim. Negara-negara ini memiliki perlengkapan dan sumber daya yang lebih baik untuk mengelola dampak buruk terhadap terumbu karang.

Bahkan, Ilmuwan Australia memimpin penelitian dan pengembangan di bidang ini, dan berupaya memilih karang yang tahan panas untuk program pembiakan intensif di fasilitas budidaya perikanan. Karang-karang ini kemudian ditanam kembali di alam liar, sehingga membangun ketahanan terumbu.

Gibbs menerangkan emisi rumah kaca menumpuk di atmosfer, memerangkap lebih banyak panas matahari sebelum dapat dipancarkan kembali ke luar angkasa. Secara global, lautan mengalami pemanasan dan laju pemanasan meningkat, sehingga menimbulkan konsekuensi serius bagi kehidupan laut.

Tekanan panas secara luas diakui sebagai ancaman terbesar bagi terumbu karang di seluruh dunia. Salah satu gejala utamanya adalah pemutihan karang yang dapat menyebabkan kematian massal. Sayangnya, saat ini terdapat begitu banyak panas di lautan sehingga terumbu karang akan terus mengalami tekanan panas selama beberapa dekade bahkan jika emisi global berhenti.

Adapun, terumbu karang ditemukan di lebih dari 100 negara di dunia. Terumbu karang menjadi pusat keanekaragaman hayati. Meskipun wilayah ini hanya mencakup kurang dari 1% dasar laut, wilayah ini mendukung setidaknya 25% spesies laut.

Pemutihan karang secara massal juga mendorong kesenjangan sosial karena negara-negara berpendapatan rendah seringkali bergantung pada terumbu karang untuk makanan dan mata pencaharian mereka. Namun, negara-negara berpendapatan tinggi mempunyai kapasitas terbesar untuk melakukan intervensi dan berpotensi meningkatkan ketahanan terumbu karang.

Negara-negara seperti Australia dan Amerika Serikat semakin banyak berinvestasi dalam proyek restorasi terumbu karang, sementara negara-negara berpendapatan rendah sebagian besar tidak mampu melakukannya tanpa bantuan.

Itu sebabnya negara-negara berpendapatan tinggi mempunyai kewajiban untuk melakukan intervensi, sekaligus harus mengembangkan cara-cara meningkatkan ketahanan terumbu karang dan memfasilitasi penerapan pendekatan-pendekatan ini di negara-negara berpenghasilan rendah dan komunitas.

Upaya yang diperlukan tidak boleh dianggap remeh. Mengembangkan cara untuk meningkatkan ketahanan terumbu karang regional merupakan tantangan besar.

Kesadaran Kolektif

Baru-baru ini, dalam rangka memperingati Hari Laut Sedunia, PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) melaksanakan transplantasi 500 bibit karang di Pantai Grand Watu Dodol, Banyuwangi. Kegiatan ini menggandeng Indonesian Conservation Institute (ICI) dan Pokmaswas Pesona Bahari, sebagai bentuk komitmen bersama dalam melestarikan ekosistem laut.

Head of ESG SPIL Andri Theja menyampaikan hal ini wujud nyata dari komitmen perusahaan terhadap pelestarian lingkungan laut, sebagai perusahaan pelayaran logistik yang bergantung pada kesehatan laut.

"Kami berharap dapat memperbaiki ekosistem yang rusak, mendukung biodiversitas laut, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan dan komunitas sekitar" tutur Andri.

Dalam konteks program tanggung jawab sosial perusahaan, Andri juga menambahkan bahwa kegiatan ini sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG), khususnya SDG 14, Life Below Water dan SDG 13, Climate Action.

"Kami berharap di Hari Laut Sedunia ini, kegiatan yang kami lakukan membawa dampak positif jangka panjang, seperti pemulihan ekosistem terumbu karang yang rusak, peningkatan populasi biota laut, dan pengurangan emisi karbon melalui peningkatan kapasitas penyerapan karbon oleh terumbu karang," tegas Andri.

Dampak Pemanasan Global, Terumbu Karang Bisa Punah

Transplantasi terumbu karang yang dilakukan SPIL./Istimewa

Direktur ICI Ziadatur Rizqiyah menjelaskan turut bertanggung jawab atas pemilihan tempat, metode transplantasi, dan bibit karang serta menjalin kerjasama dengan kelompok masyarakat setempat. "Proses pemilihan bibit karang dilakukan sehari sebelum kegiatan, dengan mempertimbangkan ukuran dan kondisi kesehatan karang untuk memastikan kelangsungan hidup pasca transplantasi" katanya.

Menurutnya, kondisi terumbu karang di Pantai Grand Watu Dodol memiliki tutupan karang hidup yang cukup baik dan dapat dikategorikan dalam kondisi ekosistem yang sehat dan stabil. Proyek transplantasi ini merupakan bentuk dukungan terhadap ekosistem terumbu karang alami di Pantai Grand Watu Dodol.

"Monitoring akan selalu dilakukan oleh ICI guna memantau kondisi kesehatan dan kelangsungan hidup karang, serta melakukan tindakan tambal sulam jika ada bibit karang yang mati" papar Ziadatur.

Pemutihan Massal

Menurut Coral Reef Watch milik United State National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), berbagai negara dan wilayah telah mengalami pemutihan terumbu karang massal sejak Februari 2023.

“Lebih dari 54% kawasan terumbu karang di lautan global mengalami tekanan panas akibat pemutihan,” kata Koordinator Coral Reef Watch Derek Manzello, dikutip dari Reuters.

Pemutihan global dipicu anomali suhu air akibat perubahan iklim sehingga membuat karang melepaskan alga berwarna-warni yang hidup di jaringannya. Tanpa bantuan alga dalam memberikan nutrisi pada karang, maka makhluk ini tidak dapat bertahan hidup.

Suhu permukaan laut selama setahun terakhir telah memecahkan rekor yang tercatat sejak 1979, seiring dengan dampak El-Nino yang menyebabkan air laut menjadi lebih hangat.

Peristiwa pemutihan yang berulang kali membalikkan model ilmiah sebelumnya yang memperkirakan bahwa antara 70% dan 90%, terumbu karang dunia akan hilang ketika pemanasan global mencapai 1,5 derajat Celcius di atas suhu praindustri. Sementara itu, saat ini suhu bumi telah memanas sekitar 1,2 Celcius.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper