Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perubahan Iklim Kian Nyata, Terumbu Karang Jadi Korban

Terumbu karang berwarna-warni ditemukan berubah menjadi putih pucat di sepanjang garis pantai Australia, Kenya, hingga Meksiko akibat perubahan iklim.
Perubahan Iklim Kian Nyata, Terumbu Karang Jadi Korban. Terumbu karang di Teluk Cenderawasih/Indonesia Travel
Perubahan Iklim Kian Nyata, Terumbu Karang Jadi Korban. Terumbu karang di Teluk Cenderawasih/Indonesia Travel

Bisnis.com, JAKARTA — Efek dari perubahan iklim di dunia kian terasa. Terbaru, terumbu karang berwarna-warni ditemukan berubah menjadi putih pucat di sepanjang garis pantai Australia, Kenya, hingga Meksiko.

Menurut Coral Reef Watch milik United State National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), berbagai negara dan wilayah telah mengalami pemutihan terumbu karang massal sejak Februari 2023.

“Lebih dari 54% kawasan terumbu karang di lautan global mengalami tekanan panas akibat pemutihan,” kata Koordinator Coral Reef Watch Derek Manzello, dikutip dari Reuters, Selasa (16/4/2024).

Pemutihan global dipicu anomali suhu air akibat perubahan iklim sehingga membuat karang melepaskan alga berwarna-warni yang hidup di jaringannya.

Tanpa bantuan alga dalam memberikan nutrisi pada karang, maka makhluk ini tidak dapat bertahan hidup.

Suhu permukaan laut selama setahun terakhir telah memecahkan rekor yang tercatat sejak 1979, seiring dengan dampak El-Nino yang menyebabkan air laut menjadi lebih hangat. 

Peristiwa pemutihan yang berulang kali membalikkan model ilmiah sebelumnya yang memperkirakan bahwa antara 70% dan 90%, terumbu karang dunia akan hilang ketika pemanasan global mencapai 1,5 derajat Celcius di atas suhu praindustri. Sementara itu, saat ini suhu bumi telah memanas sekitar 1,2 Celcius.

Dalam laporan United Nation Intergovernmental Panel on Climate Change pada 2022, para ahli menetapkan bahwa pemanasan sebesar 1,2 Celcius sudah cukup untuk memberikan dampak buruk terhadap terumbu karang.

Angka pemanasan global pada 2024 menambah kekhawatiran para ilmuwan terhadap eksistensi terumbu karang di dunia.

“Penurunan emisi karbon akan terjadi dan kita tidak dapat menghentikannya, kecuali kita benar-benar menghentikan emisi karbon dioksida,” ujar ahli ekologi dan kepala Penelitian dan Pengembangan Laut Pesisir Samudera Hindia Afrika Timur dari Mombasa David Obura.

Sementara itu, melalui survei yang sedang berlangsung di Samudera Hindia dan Pasifik, para ahli NOAA memperkirakan peristiwa pemutihan global ini dapat menjadi yang paling luas.

Terumbu karang Karibia tercatat mengalami pemutihan yang meluas pada Agustus 2023 karena suhu permukaan laut pesisir yang mencapai 1 Celcius—3 Celcius di atas normal.

Pada akhir musim panas Maret 2024, terumbu karang di Great Barrier juga mengalami tekanan panas dan perubahan warna.

Ahli biologi karang Australian Institute of Marine Sciences Neal Cantin mencatat gelombang panas laut mencapai 2,5 Celcius di atas suhu maksimum normal pada musim panas.

Survei pada kawasan Taman Laut Great Barrier Reef juga menunjukkan bahwa tingkat pemutihan sudah mencapai level ekstrem atau sangat tinggi.

Adapun, survei tersebut menjadikan peristiwa ini sebagai pemutihan kelima di Great Barrier Reef hanya dalam sembilan tahun, jauh lebih sering dari pada dua kali per dekade yang diperkirakan para ilmuwan sekitar 2030.

Di sisi lain, terumbu karang Samudera Hindia di Madagaskar, Tanzania, Kenya, dan Seychelles juga mengalami pemutihan, meski tidak separah 2016 karena musim hujan di 2024 yang menyebabkan kondisi lebih dingin.

Terumbu karang yang memutih dapat pulih jika air mendingin, tetapi karang-karang yang terlanjur terdampak panas ekstrem harus mati, bahkan tidak mampu memulihkan diri selama musim dingin.

Sementara itu, terumbu karang diproyeksikan berkontribusi pada barang dan jasa senilai US$2,7 triliun setiap tahun.

Karang bermanfaat dalam menarik wisatawan, melindungi masyarakat pesisir dari gelombang badai, dan mendukung perikanan pesisir, menurut penilaian jaringan ilmiah International Coral Reef Initiative (ICRI) pada 2020. (Chatarina Ivanka)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper