Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dua Perusahaan Indonesia Garap Kredit Karbon di Kenya

PT Eidara Matadata Presisi dan PT Aeroterra, dipilih oleh Banyan Investment Banking Hedge Fund Statutory Trust untuk terlibat dalam inisiatif kredit karbon.
Menara pendingin dan cerobong asap PLTU batu bara di Mpumalanga, Afrika Selatan yang dipotret pada Jumat (5/5/2023). Bloomberg/Waldo Swiegers
Menara pendingin dan cerobong asap PLTU batu bara di Mpumalanga, Afrika Selatan yang dipotret pada Jumat (5/5/2023). Bloomberg/Waldo Swiegers

Bisnis.com, JAKARTA – Dua perusahaan asal Indonesia, PT Eidara Matadata Presisi dan PT Aeroterra, dipilih oleh Banyan Investment Banking & Hedge Fund Statutory Trust untuk terlibat dalam inisiatif kredit karbon di Kenya, Afrika Timur. 

Kemitraan ini tidak terlepas dari langkah Banyan Investment Banking yang telah membangun pusat regional di Nairobi pada Mei 2024. Kantor tersebut berfungsi mengatasi kenaikan permintaan layanan keuangan dan mata uang digital di Kenya. 

Banyan Investment Banking & Hedge Fund Statutory Trust, Thana Balan, mengatakan pihaknya akan memperkenalkan teknologi kecerdasan artifisial (AI) untuk meninjau deposit karbon di Kenya, yang memberikan peluang secara ekonomi bagi petani dan pemangku kepentingan. 

Oleh karena itu, Banyan menunjuk PT Eidara Matadata Presisi Dan PT Aeroterra untuk melaksanakan proyek percontohan dalam mengembangkan data deposit Karbon di Kenya dengan memanfaatkan teknologi drone AI. 

Menurut Balan, teknologi drone AI memiliki kapasitas untuk memberikan analisis data yang akurat sesuai dengan prosedur standar pengukuran yang ditetapkan oleh Verra, organisasi nirlaba yang mengoperasikan program kredit karbon di dunia. 

“Teknologi drone AI ini memiliki kapasitas untuk memberikan analisis data yang akurat sesuai dengan prosedur standar pengukuran yang ditetapkan oleh Verra,” ujarnya dalam konferensi pers di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (6/6/2024). 

Dia menyampaikan bahwa saat ini merupakan waktu yang ideal untuk melaksanakan proyek lingkungan tersebut, mengingat Pemerintah Kenya baru menghadapi penangguhan program pelestarian kredit karbon oleh Verra. 

Di sisi lain, Banyan juga mengumumkan peluncuran Lets Coin, mata uang pelengkap digital. Lets Coin dirancang untuk memberdayakan komunitas lokal dengan memungkinkan pedagang, pengusaha, dan pengguna lain untuk berpartisipasi dalam pertumbuhan ekonomi digital.

Seiring dengan proyek percontohan itu, Banyan juga mendorong proyek komersial dengan menggunakan mata uang komplementer Lets Coin. Pengembangan tersebut kini sedang dalam proses penerbitan lima dompet kunci pribadi.  

Executive Chairman Banyan Investment Banking & Hedge Fund Statutory Trust, Jean Baptiste Bilala, menyatakan bahwa Lets Coin bukan mata uang kripto, melainkan sebuah mata uang komplementer yang berfungsi sebagai sistem barter digital untuk pertukaran barang dan jasa.

Saat ini, Lets Coin beroperasi di bawah blockchain trust dan terdaftar dalam Blockchain Registry di Amerika Serikat sebagai Organisasi Let’s Coin dan juga Bank Blockchain.  

“Kami menciptakan sejarah baru hari ini dengan mengimplementasikan Sistem rantai blok mata uang komplementer untuk memenuhi kebutuhan pendanaan proyek yang dipilih, menggunakan Lets Coin sebagai mode penyelesaian pembayaran,” tutur Baptiste. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper