Bisnis.com, JAKARTA — Modalku, bersama dengan STACS dan Indonesia Global Compact Network @globalcompactid memberdayakan usaha mikro kecil menengah (UMKM) untuk memulai pelaporan ESG (environmental, social, and governance) dan menyesuaikan usaha dengan praktik berkelanjutan.
Kepala Keberlanjutan dan ESG Modalku Group Annette Aprilana mengatakan menanamkan praktik berkelanjutan ke dalam bisnis tidak hanya membuka peluang untuk mendapatkan lebih banyak pendanaan, tetapi juga membantu menjaga daya saing bisnis, sambil memperhatikan isu-isu lingkungan dan sosial.
“Di Modalku, kami ingin memastikan UMKM dalam ekosistem kami dilengkapi dengan pengetahuan dan sumber daya pelaporan ESG untuk terus tumbuh. Model bisnis berkelanjutan yang menggabungkan profitabilitas dengan dampak lingkungan dan sosial, akan mendorong kewirausahaan dan inovasi tahun ini,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (2/2/2024).
Modalku, fintech pendanaan digital (P2P lending) bagi UMKM, bersama-sama dengan STACS dan Indonesia Global Compact Network @globalcompactid menggagas ESG Gathering bertajuk “Berdayakan UMKM Indonesia melalui Pelaporan ESG dan Praktik Berkelanjutan .”
Acara itu ditujukan sebagai platform bagi perusahaan dan UMKM untuk memahami pentingnya pelaporan ESG dan manfaat penerapan praktik berkelanjutan dalam strategi bisnis mereka, terutama di tengah meningkatnya persyaratan dari regulator dan investor soal pendanaan bagi perusahaan untuk menanggapi isu perubahan iklim dan lingkungan.
ESG adalah prinsip dan standar pengelolaan bisnis, di mana perusahaan mengikuti kriteria-kriteria lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, dan governance/ESG).
Baca Juga
Perusahaan yang menerapkan prinsip ESG wajib untuk melakukan implementasi terhadap prinsip pelestarian lingkungan lingkungan, tanggung jawab sosial serta tata kelola seiring dengan kesadaran untuk mengelola bisnis yang berintegritas serta berkelanjutan.
Saat ini, konsep, standar dan kriteria ESG semakin populer digunakan oleh para investor di tingkat regional hingga global, serta di tingkat nasional dengan diperkenalkannya Keuangan Berkelanjutan (Sustainable Finance) bagi industri perbankan.
Perusahaan yang menjalankan konsep dan implementasi kriteria ESG telah menjadi pertimbangan dasar bagi para investor dalam melakukan pengambilan keputusan untuk berinvestasi atau tidaknya dalam suatu bisnis atau perusahaan.
Annette mengatakan terlepas dari banyaknya sumber daya yang tersedia bagi perusahaan besar, dukungan dan edukasi masih perlu diberikan untuk UMKM. Untuk itu, sejumlah topik mengenai ESG perlu menjadi perhatian.
Topik Utama ESG pada 2024
- Lingkungan (environmental): Perubahan iklim dan transisi rendah karbon, Alam dan keanekaragaman hayati, dan Sampah dan polusi plastik.
- Sosial (social): Kesetaraan di tempat kerja, Kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan karyawan serta Keamanan pelanggan dan produk
- Tata Kelola (governance): Pelaporan dan Transparansi ESG serta Privasi & keamanan data
Untuk mengatasi kesenjangan ini, Modalku berkolaborasi dengan STACS, sebuah perusahaan solusi teknologi dan data ESG yang berkantor pusat di Singapura, untuk mempromosikan platform ESGpedia bagi UMKM Indonesia yang ingin memulai perjalanan pelaporan ESG mereka.
ESGpedia memberikan gambaran umum yang terstruktur mengenai topik-topik ESG dan secara otomatis dapat mengkonversi data operasional seperti bahan bakar, zat pendingin, dan konsumsi listrik menjadi emisi gas rumah kaca berdasarkan metode ISO 14064-1 beserta Protokol Gas Rumah Kaca (GRK) yang disesuaikan di Indonesia.
“Solusi yang kami lihat dalam ESGpedia membuat proses pelaporan untuk UMKM menjadi lebih mudah dipahami dan menurunkan hambatan menuju keberlanjutan."
Kesenjangan Data ESG di Asean
Adapun, Benjamin Soh, Pendiri & Manajing Direktur STACS, menjelaskan ESGpedia bertujuan untuk mengatasi kesenjangan data ESG di pasar Asean. Dengan menggunakan ESGpedia, UMKM dapat mengakses secara gratis platform digital yang menyederhanakan berbagai standar dan kerangka pelaporan ESG.
“Kami ingin mendukung perjalanan ESG UMKM Indonesia dengan memberikan akses ke platform yang memungkinkan mereka dengan mudah mengungkapkan, menghitung emisi gas rumah kaca mereka, dan meningkatkan kredensial ESG mereka."
Deputi Bidang Kemaritiman & Sumber Daya Alam/Kepala Sekretariat Nasional SDGs (Bappenas/Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional) Vivi Yulaswati menekankan bahwa UMKM memiliki posisi strategis dalam ekonomi nasional karena memberikan kontribusi yang signifikan untuk ekspansi tenaga kerja dengan menyerap 99% tenaga kerja.
“Apalagi, mereka memainkan peran penting dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi, memberikan kontribusi lebih dari 60% terhadap PDB,” katanya.
Salah satu tantangan yang dihadapi UMKM, menurut Vivi adalah akses ke layanan keuangan, yang diidentifikasi sebagai titik kunci dalam Peta Jalan SDGs, seiring dengan target mencapai tingkat akses 42% bagi UMKM ke layanan keuangan pada tahun 2030.
Josephine Satyono, Direktur Eksekutif Indonesia Global Compact Network (IGCN), menambahkan UMKM juga dapat mengimplementasikan strategi bisnis berkelanjutan melalui 10 Prinsip Global Compact Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGC) yang mencakup area hak asasi manusia, tenaga kerja, lingkungan, dan anti-korupsi.
“Dengan menyertakan 10 Prinsip UNGC ke dalam strategi, kebijakan, dan prosedur, UMKM dapat membentuk bisnis mereka untuk kesuksesan jangka panjang."