Bisnis.com, JAKARTA — Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) bekerja sama dengan perusahaan China, LONGi Green Technology Co., Ltd membangun pabrik manufaktur panel surya (Photovoltaic/PV) di Indonesia.
Pabrik itu ditargetkan memiliki kapasitas produksi sebesar 1,4 GW per tahun. Proses produksi akan menggunakan teknologi terbaru dari LONGi sebagai pemimpin global dalam manufaktur solar PV, Hybrid Passivated Back Contact (HPBC) 2.0 tipe N.
Teknologi tersebut dinilai dapat menghasilkan modul surya berdaya efisiensi tinggi.
Lokasi proyek solar PV ini berada di Deltamas, Jawa Barat. Titik ini dipilih lantaran merupakan wilayah strategis yang memudahkan distribusi dan rantai pasok dalam proses produksinya.
Pabrik tersebut pun nantinya diharapkan dapat menyerap tenaga lokal dan juga meningkatkan perekonomian nasional.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan, proyek itu akan sangat mendukung proses transisi energi di Indonesia. Apalagi, pemerintah memang menargetkan bauran energi hijau mencapai 34,3% hingga 2034.
Baca Juga
Enia berharap proyek ini dapat berjalan lancar sehingga dapat mendukung RUPTL dengan target tambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 GW.
"Dari target tersebut, 61% atau 42,6 GW berasal dari pembangkit EBT," terang Enia melalui keterangan resmi dikutip Kamis (26/6/2025).
Sementara itu, CEO Pertamina NRE John Anis menyampaikan, kerja sama dengan LONGi merupakan tonggak penting dalam transisi energi di Indonesia.
"Dengan membangun kapasitas manufaktur lokal, kami ingin memperkuat rantai pasok solar PV dalam negeri, menurunkan biaya produksi, dan menciptakan lapangan kerja hijau yang berkeahlian tinggi," katanya.
Menurut data Kementerian Perindustrian, kemampuan produksi panel surya dalam negeri saat ini baru sebesar 1,6 GWp per tahun. Oleh karena itu, John mengatakan dengan proyek ini akan meningkatkan kemampuan produksi nasional hingga 3 GWp.
Dengan begitu, pabrik tersebut nantinya dapat mendukung penambahan PLTS sesuai target pemerintah sebesar 300-400 GWp di 2060.Dl
Dia menambahkan bahwa pemerintah Indonesia telah memiliki peta jalan tentang potensi peningkatan permintaan solar PV hingga 2035. Karenanya, proyek ini dinilai sangat potensial dan akan mendukung realisasi pengembangan proyek PLTS dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).
Selain itu, proyek tersebut juga dapat mendukung pengembangan industri supply chain seperti solar cell serta mendukung pengembangan proyek hidrogen hijau (green hydrogen) kedepannya.
Sedangkan, VP Longi Global Dennis She menyebut, kerja sama ini merupakan peluang bagi Longi dalam mengembangkan bisnis dalam industri energi di Asia Tenggara.
"Dengan kerjasama ini kami harap bisa terus mendukung target transisi energi di Indonesia dengan saling berbagi pengetahuan dan teknologi dalam industri solar PV," ujar Dennis.