Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kenaikan Suhu Pemanasan Global Picu Runtuhnya Gletser di Pegunungan Swiss

Pegunungan Alpen telah menghangat sekitar 2 derajat Celcius sejak periode pra-industri, dengan banyak gletser kehilangan setengah massanya sejak tahun 1900.
Pegunungan di Swiss. /Bloomberg
Pegunungan di Swiss. /Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Gletser Swiss runtuh, menghancurkan sebagian besar desa Alpen Blatten dalam gelombang batu dan es.

Adapun 3 juta meter kubik batu dan lumpur mengubur Blatten dan sungai Lonza di dekatnya. Hal itu berpotensi meningkatkan ancaman jika aliran air terhalang, menurut pemerintah kanton di Valais.

"Skenario terburuk telah menjadi kenyataan. Ini fenomena yang sangat langka," ujar Kepala Layanan Bahaya Alam Valais Raphaël Mayoraz dilansir Bloomberg, Jumat (30/5/2025). 

Adapun sekitar 300 orang dievakuasi dari desa di lembah Loetschental selatan 10 hari lalu karena risiko pecahnya gletser Birch meningkat. Angkatan darat telah dikerahkan untuk membantu upaya pemulihan dengan satu orang hilang. 

Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa planet yang memanas membuat peristiwa semacam itu lebih mungkin terjadi. Pegunungan Alpen telah menghangat sekitar 2 derajat Celcius sejak periode pra-industri, dengan banyak gletser kehilangan setengah massanya sejak tahun 1900. Tiga tahun lalu, 11 orang tewas setelah lapisan es gletser runtuh di Dolomites di Italia menyusul suhu tertinggi yang pernah tercatat.

Peneliti Swiss telah secara eksplisit membunyikan peringatan atas laju pencairan, yang tampaknya semakin cepat.

Saat ini, dunia berada di jalur yang tepat untuk melampaui ambang batas pemanasan kritis sebesar 1,5 derajat Celcius, dengan beberapa perkiraan menunjukkan kenaikan suhu rata-rata dua kali lipat pada akhir abad ini.

Melebihi 1,5 derajat Celcius pemanasan akan memiliki konsekuensi yang tidak dapat diubah bagi massa gletser, para ilmuwan memperingatkan dalam sebuah penelitian baru-baru ini, yang menggarisbawahi perlunya memangkas emisi gas rumah kaca.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper