Bisnis.com, JAKARTA — Penelitian PwC Singapore dan Centre for Governance and Sustainability (CGS) at the National University of Singapore (NUS) Business School, bertajuk Sustainability Counts III: Sustainability Reporting in Asia Pacific mengungkapkan kemajuan dan tantangan dalam pelaporan keberlanjutan di kawasan Asia Pasifik.
Meski jumlah perusahaan Asia Pasifik yang telah menetapkan target net zero lebih banyak, hanya 18% yang mendukung ambisi ini dengan target yang diverifikasi oleh inisiatif Science Based Target (SBTi).
“Meskipun terdapat kemajuan signifikan dalam pelaporan keberlanjutan oleh perusahaan Asia Pasifik, terutama dengan pertumbuhan yang menonjol dalam pelaporan emisi Scope 3, masih ada kesenjangan besar dalam hal verifikasi dan transparansi,” kata Direktur Centre for Governance and Sustainability di NUS Business School, Lawrence Loh, dikutip dari siaran pers pada Jumat (9/5/2025).
Studi ini mengungkapkan naiknya tingkat pengungkapan emisi Scope 1 dan Scope 2, yang meningkat dari 80% dari 700 perusahaan pada tahun sebelumnya menjadi 88% dari 650 perusahaan tahun ini untuk kedua area tersebut.
Meskipun tingkat pelaporan emisi Scope 3 tetap lebih rendah, terdapat peningkatan yang signifikan, naik dari 50% menjadi 63%. Walau terdapat peningkatan, banyak perusahaan yang masih fokus melaporkan emisi Scope 3 mereka di area yang kurang kompleks, seperti perjalanan bisnis.
Penelitian turut mengungkap bahwa 81% dari 650 perusahaan di Asia Pasifik yang diteliti telah mengungkapkan proses mereka dalam mengelola risiko maupun peluang terkait iklim. Persentase ini meningkat dari 74% dari 700 perusahaan dalam laporan tahun sebelumnya.
Baca Juga
Selain itu, dari 13 yurisdiksi wilayah yang diteliti, sembilan di antaranya mengalami peningkatan dalam pelaporan proses pengelolaan risiko dan peluang terkait iklim dibandingkan dengan laporan tahun lalu.