Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Sebut RI Bisa Perkuat Rantai Pasok ESG untuk Tarik Investor

Momentum transisi hijau dinilai bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk memperkuat integrasi dalam rantai pasok global
Ekonomi hijau dan transisi energi/ilustrasi
Ekonomi hijau dan transisi energi/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia berpeluang memperkuat rantai pasok global (global supply chain) di segmen produk-produk berkelanjutan (sustainable) di tengah isu perubahan iklim guna menarik investor asing.

Executive Director Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengatakan perubahan iklim telah mendorong permintaan yang lebih besar terhadap produk dengan aspek berkelanjutan. Terlebih, produk ini juga belum memiliki rantai pasok global yang stabil.

Menurutnya, produk ramah lingkungan bisa menjadi peluang bagi Indonesia untuk menarik investor asing.

“Artinya kita masih bisa masuk ke global supply chain yang memang baru mungkin berkembang selama 10 tahun. Kita bahkan berpeluang mendapatkan porsi yang lebih besar dari sana,” kata Yose dalam Bisnis Indonesia Forum bertajuk Diteror Trump dan Diancam Xi Jinping, Bagaimana Nasib Ekonomi Indonesia di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (7/5/2025).

Yose menambahkan pemerintah perlu memanfaatkan momentum transisi hijau. Pendekatan ini dinilai dapat membuat memperkuat resiliensi perekonomian nasional.

“Perlu memanfaatkan momentum dari green transition. Kalau ini bisa kita lakukan, mudah-mudahan berbagai tantangan-tantangan yang ada bisa kita selesaikan dengan baik,” ujarnya.

Pasalnya, Yose menyebut integrasi Indonesia dalam rantai pasok global cenderung masih rendah dibandingkan dengan India dan Kamboja.

“Apalagi dibandingkan dengan Vietnam, bahkan dengan Filipina dan Thailand, di bawah rata-rata dari Asia,” imbuhnya.

Dalam catatan Bisnis, Managing Director Sustainability Temasek Franziska Zimmermann mengatakan sebanyak enam negara utama Asia Tenggara (SEA-6) mencatat lonjakan investasi hijau swasta sebesar 43% menjadi US$8 miliar pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya.

Keenam negara tersebut di antaranya Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Adapun, Malaysia dan Singapura berkontribusi lebih dari 60% terhadap total transaksi.

Berdasarkan laporan Southeast Asia’s Green Economy, sektor energi tetap mendominasi dengan menyumbang dua pertiga dari total investasi hijau di kawasan, disertai dengan peningkatan ukuran transaksi.

Sementara itu, investasi hijau swasta mencapai sekitar US$1,24 juta di Indonesia pada 2024, mewakili 15% dari total investasi SEA-6. Kurangnya investasi pada substitusi bahan bakar (pembangkit LNG pada 2023) menyebabkan penurunan total investasi sebesar 22%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper