Bisnis.com, JAKARTA — Laos menandatangani kesepakatan energi bersih senilai US$1,45 miliar atau sekitar Rp24,83 triliun dengan produsen peralatan pembangkit listrik asal China. Kesepakatan ini dicapai seiring dengan upaya negara Asia Tenggara tersebut untuk memperluas kapasitas pembangkitan dan transmisi energi bersihnya.
Berdasarkan keterbukaan di bursa setempat yang dikutip Reuters, China Western Power Industrial, bersama dengan perusahaan konstruksi berbasis di Singapura, menandatangani perjanjian dengan Xekong Thermal Power Plant di Laos untuk merancang, memasok, dan membangun proyek pembangkit listrik energi bersih berkapasitas 1.800 megawatt (MW) di Laos selatan.
Proyek ini diperkirakan selesai pada awal 2030, dengan desain awal direncanakan rampung pada akhir tahun ini. Namun, keterbukaan informasi tersebut tidak menjelaskan secara spesifik sumber energi yang akan digunakan dalam proyek.
Pada hari yang sama, perusahaan China ini juga menandatangani perjanjian transmisi listrik senilai US$228,8 juta dengan perusahaan Laos yang sama.
Pada 2022, China Western Power telah menandatangani perjanjian pasokan dan layanan senilai US$409 juta dengan perusahaan listrik lain di Laos.
Tahun lalu, perusahaan listrik milik negara China juga menandatangani kesepakatan dengan Laos untuk memperluas basis energi angin dan surya di wilayah utara negara tersebut.
Baca Juga
Laos, negara pegunungan yang menghasilkan sekitar 80% listriknya dari tenaga air selama satu dekade terakhir, masih menghadapi tantangan dalam meningkatkan kapasitas energi surya dan angin.
Ekspor listrik ke negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam menjadi bagian penting dari strategi pembangunan Laos, yang dikenal sebagai "baterai Asia Tenggara."