Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sederet Aksi PGEO, TOBA, dan INCO di Bisnis EBT pada Awal 2025

Sejumlah emiten melanjutkan aksi ekspansi di bisnis energi terbarukan (EBT) pada awal 2025, di antaranya adalah PGEO, TOBA dan INCO
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Minggu (18/8/2024)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Minggu (18/8/2024)/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Sederet emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) melanjutkan aksi ekspansif pada bisnis energi baru terbarukan (EBT) pada awal 2025. Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk menambah bauran EBT secara nasional, serta upaya untuk menekan emisi karbon.

Dalam pemberitaan Reuters (11/2/2025), Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengemukakan bahwa Indonesia akan meningkatkan bauran energi terbarukan menjadi 35% pada 2034 dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2025-2034 yang disusun bersama PT PLN (Persero).

Dalam rencana tersebut, 70% dari tambahan kapasitas 71 gigawatt (GW) yang direncanakan akan bersumber dari energi terbarukan. Indonesia juga menargetkan pembangunan kapasitas tenaga surya sebesar 17 GW, termasuk sistem baterai pendukung. Kemudian terdapat rencana penambahan kapasitas tenaga hidro sebesar 16 GW, serta 5 GW tenaga panas bumi, dan sumber lain seperti tenaga angin dan bioenergi.

Berikut adalah sederet aksi emiten dalam bisnis EBT yang telah dieksekusi pada awal 2025:

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO)

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) menargetkan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) Lumut Balai Unit-2 mulai beroperasi komersial atau commercial operation date (COD) pada Mei sampai Juni 2025.

Direktur Keuangan PGEO Yurizki Rio mengatakan proyek itu bakal efektif berkontribusi pada pendapatan perseroan tahun ini.

“Analis juga sudah ekspektasi, residu dan income itu sudah memberikan kontribusi yang nyata pada 2025 ini,” kata Yurizki saat temu media di Jakarta, Senin (10/3/2025).

Adapun, PGEO telah menyepakati tarif kontrak jual beli listrik atau power purchase agreement (PPA) dengan PLN di level US$7,53 sen per kilowatt (kWh) untuk proyek tersebut. Kesepakatan itu diteken kedua perusahaan sejak 2011.

Proyek Lumut Balai Unit 2 menjadi bagian dari rencana kerja PGEO untuk meningkatkan utilitas setrum dari potensi tambahan kapasitas sebesar 340 megawatt (MW) tahun ini.

Beberapa potensi tambahan daya itu berasal dari lapangan panas bumi milik PGEO, di antaranya Lumut Balai (40 MW), Lumut Balai Unit 2 (55 MW) Hululais Unit 1 dan 2 (110 MW), Hululais Binary Unit (60 MW), Ulubelu (40 MW), Lahendong (35 MW).

Saat ini, PGEO memiliki total kapasitas sebesar 1.887 MW dari 13 wilayah kerja panas bumi dengan rincian 672 megawatt dari operasional sendiri dan 1.205 megawaat dari kontrak dengan klien.

Di sisi lain, Yurizki menegaskan, proyek co-generation dengan potensi tambahan setrum sekitar 45 MW telah masuk ke dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) yang anyar.

Co-generation ini dari Ulubelu Binary [30 MW] dan Lahendong (15 MW), total kemungkinan on stream kami kejar antara 2026 sampai 2027,” kata dia.

Ihwal proyek Hululais, dia memperkirakan, proyek itu bisa COD pada periode 2027 sampai dengan 2028. Dia berharap sejumlah proyek raksasa itu bisa mengerek kinerja PGEO dalam jangka panjang.

PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA)

Emiten tambang PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) mengumumkan telah menyelesaikan pembiayaan proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Tembesi, Batam. Perusahaan juga telah memulai operasi komersial untuk pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) di Lampung.

Presiden Direktur TBS Energi Dicky Yordan mengemukakan penyelesaian pembiayaan PLTS terapung dan dimulainya operasi komersial PLTM menandai perkembangan diversifikasi perusahaan ke bisnis yang lebih berkelanjutan.

Proyek PLTS Terapung Tembesi, yang dikembangkan melalui kerja sama dengan PLN Nusantara Power, diharapkan dapat berkontribusi pada bauran energi terbarukan Indonesia dengan memanfaatkan teknologi surya terapung yang inovatif.

“Dengan kapasitas terpasang sebesar 46 MWp, pembangkit listrik ini akan menjadi salah satu inovasi energi terbarukan yang signifikan di Batam,” kata Dicky dalam keterangan resmi, Kamis (6/3/2025).

Setelah mencapai tanggal penyelesaian pembiayaan, tahap konstruksi PLTS terapung di Batam akan dimulai. Emiten berkode saham TOBA itu menargetkan penyelesaian operasi komersial penuh dan integrasi ke dalam jaringan listrik nasional pada kisaran kuartal keempat 2025. 

Sementara itu, PLTM Sumber Jaya di Lampung yang mencapai tanggal operasi komersial (COD) per 22 Januari 2025 disebut Dicky menandai kontribusi dalam penyediaan energi bersih sebesar 6 MW di wilayah Sumatra bagian selatan.

PT Vale Indonesia Tbk. (INCO)

PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) tengah mengajukan permohonan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) berbasis energi hijau untuk operasi tambang dan smelter mereka. Kawasan khusus itu bakal menjadi lompatan baru bagi kinerja INCO selepas laba tergerus cukup dalam sepanjang 2024.

Presiden Direktur Vale Indonesia Febriany Eddy mengatakan kepastian KEK itu bakal menjamin insentif dan pasokan energi bersih yang kompetitif untuk menekan biaya produksi perseroan mendatang.

“Kita lagi upayakan KEK berbasis energi hijau, suatu kawasan yang ramah lingkungan dan ramah insentif,” kata Febriany dalam panel Indonesia Green Energy Investment Dialogue 2025 di Jakarta, Kamis (27/2/2025).

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi INDEF Andry Satrio Nugroho menilai positif manuver yang belakangan diambil INCO untuk mengajukan KEK berbasis energi hijau itu.

Menurut Andry, INCO bisa mendapat keuntungan dari sisi pengurangan ongkos produksi dan kepastian pasokan energi bersih yang lebih kompetitif.

Di sisi lain, sentimen rantai pasok energi bersih itu bisa meyakinkan investor pada komitmen environmental, social and governance (ESG) INCO.

“Keuntungan yang diberikan oleh KEK di antaranya pembebasan pajak penghasilan, tax allowance, tax holiday, permudahan izin, bebas bea masuk dan bebas pajak impor untuk mesin dan peralatan,” kata Andry saat dihubungi, Senin (3/3/2025).

Andry menambahkan posisi KEK berbasis energi hijau bakal ikut mendorong daya saing produk nikel yang dihasilkan INCO di pasar dunia. Dia berpendapat akses KEK itu bakal menjadi katalis anyar bagi kinerja INCO yang berhadapan dengan oversupply turunan nikel.

“Bisa memberi nilai tambah tidak hanya menekan biaya produksi tetapi juga meningkatkan daya saing untuk masuk faktor ESG,” kata dia.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper