Bisnis.com, JAKARTA — Satu per satu emiten telah melaporkan kinerja keuangan 2024 kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), tak terkecuali perusahaan dengan bisnis inti di energi baru terbarukan (EBT).
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, emiten-emiten EBT yang telah merilis rapor keuangan 2024 di antaranya adalah PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN), PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) dan PT Kencana Energi Lestari Tbk. (KEEN).
Sementara itu berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), realisasi investasi di sektor EBT dan konservasi energi dalam kurun 2019-2024 cenderung stagnan.
Realisasi investasi di sektor ini pada 2019 tercatat mencapai US$1,7 miliar. Kemudian turun menjadi US$1,4 miliar pada 2020. Pada 2021 dan 2022, investasi sektor EBTKE berturut-turut bernilai US$1,6 miliar, kemudian pada 2023 kembali turun menjadi US$1,5 miliar. Adapun pada tahun lalu, realisasi investasinya tercatat stagnan sebesar US$1,5 miliar atau sekitar Rp24 triliun.
Baca Juga : Investasi Sektor EBT 2024 Stagnan, Kok Bisa? |
---|
Terlepas dari nilai investasi secara nasional yang stagnan, beberapa emiten melaporkan kenaikan pendapatan. Namun kondisi ini tak selalu diikuti dengan pertumbuhan laba.
Berikut adalah rekapitulasi kinerja 2024 beberapa emiten sektor EBT
PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN)
Emiten Grup Barito milik konglomerat Prajogo Pangestu ini tercatat mengantongi pendapatan sebesar US$594,93 juta sepanjang 2024, tumbuh tipis 0,32% dibandingkan dengan realisasi 2023 sebesar US$596,82 juta.
CEO Barito Renewables Hendra Soetjipto Tan dalam keterangan resmi menyebutkan penurunan ini terdampak oleh kegiatan pemeliharaan tak terencana pada segmen panas bumi pada kuartal ketiga. Hal ini memicu penurunan sementara dalam produksi.
“Namun hal ini dapat dikompensasi oleh kontribusi yang kuat dari segmen energi angin yang tetap beroperasi secara optimal dan memberikan pendapatan yang stabil,” kata Hendra.
BREN sendiri mengoperasikan empat aset dengan kapasitas panas bumi dan angin total sebesar 961 megawatt (MW) sampai pengujung kuartal III/2024. Tahun lalu, BREN berhasil menyelesaikan proyek Salak Binary, yang mencapai kapasitas kotor sebesar 16,6 MW. Dalam kurun tiga tahun, BREN menargetkan tambahan kapasitas sebesar 104,6 MW dengan alokasi belanja modal mencapai US$346 juta.
Adapun dari sisi bottom line, BREN mengantongi laba bersih sebesar US$122,10 juta pada 2024, tumbuh 13,68% dibandingkan dengan performa 2023 sebesar US$107,41 juta.
PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO)
Emiten pembangkit listrik minihidro (PLTMH), Arkora Hydro, mengakumulasi pendapatan sebesar Rp238,91 miliar sepanjang 2024, tumbuh 31,11% year on year (YoY) dari Rp182,23 miliar pada tahun sebelumnya.
Di tengah pertumbuhan dua digit top line, beban pokok pendapatan ARKO tercatat melesat 101,19% YoY dari Rp89,63 miliar pada 2023 menjadi Rp180,34 miliar pada 2024. Kenaikan ini membuat laba bersih ARKO terkoreksi 24,35% secara tahunan menjadi hanya Rp41,79 miliar pada 2024, dari Rp55,25 miliar pada 2023.
ARKO tercatat tengah mempercepat penyelesaian proyek Kukusan II dengan kapasitas setrum 2x2,7 MW, dengan commercial operation date (COD) pada kuartal III/2025. Perseroan juga tengah mempercepat proyek Tomoni di Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Proyek berkapasitas 2x5 MW itu ditarget beroperasi komersial pada kuartal III/2026.
Pihak ARKO pada awal 2025 mengatakan bahwa perusahaan belum memiliki rencana untuk melakukan akuisisi aset PLTMH atau pembangkit listrik tenaga air (PLTA) lainnya dalam waktu dekat. Kendati, ARKO terbuka untuk setiap kesempatan akuisisi nantinya.
PT Kencana Energi Lestari Tbk. (KEEN)
Emiten PLTMH lainnya, PT Kencana Energi Lestari Tbk. (KEEN), tercatat mengantongi pendapatan sebesar US$37,86 juta sepanjang 2024, turun 21,15% dibandingkan dengan 2023 sebesar US$48,01 juta.
Sejalan dengan penurunan pendapatan ini, laba bersih perseroan terkoreksi 49,54% secara tahunan dari US$14,82 juta menjadi US$7,48 juta.
KEEN sendiri menargetkan laba bersih mencapai US$11 juta atau sekitar Rp179,9 miliar (asumsi kurs Rp16.355 per dolar AS) pada 2025.
Direktur Utama KEEN Wilson Maknawi pada Februari 2025 mengatakan target laba bersih itu bakal ditopang dengan pendapatan sepanjang 2025 di level US$35,5 juta atau sekitar Rp580,6 miliar.
Wilson menuturkan pendorong pendapatan tahun ini sebagian besar dari pendapatan konstruksi dari proyek pembangkit listrik minihidro Salu Noling di Luwu Selatan. Proyek ini memiliki kapasitas setrum sebesar 10 MW..
“Sebagian besar dari pendapatan konstruksi proyek yang sedang kami bangun yaitu proyek 10 MW Salu Noling,” kata Wilson saat dihubungi, Kamis (13/2/2025).
Selain itu, Wilson membeberkan, perseroannya tengah melakukan tender untuk sejumlah proyek, dengan kapasitas total lebih dari 100 MW.
Di sisi lain, dia mengatakan, KEEN turut membuka peluang untuk akuisisi sejumlah proyek yang belum beroperasi saat ini, termasuk mengkaji kesempatan lelang yang dibuka PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.
“Untuk tahun 2025 pembiayaan proyek direncanakan dari ekuitas sendiri dan juga dari utang, kami belum ada kebutuhan untuk private placement, obligasi atau rights issue,” tuturnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.