Bisnis.com, JAKARTA – World Bank mempelajari kemungkinan dihapuskannya pelarangan pembiayaan nuklir dengan mempertimbangan kemajuan teknologi yang lebih menawarkan pendekatan yang ramah lingkungan untuk negara-negara miskin.
Presiden Bank Dunia Ajay Banga mengatakan dia berharap langkah ini akan dimasukkan dalam proposal kebijakan energi yang lebih luas yang disiapkan pada Juni 2026.
"Kabar baiknya adalah dewan [World Bank] telah berkumpul dan mengatakan mereka bersedia untuk mendiskusikan perubahan ini," katanya mengutip Bloomberg, Senin (24/3/2025).
Mungkin bukan kebetulan, tapi pernyataan Presiden Bank Dunia ini selaras dengan ketertarikan pemerintah dan perusahaan terhadap tenaga nuklir sebagai sumber listrik yang dianggap bersih dan stabil.
Urgensi kembali mendorong pembangkit nuklir juga mempertimbangkan peningkatan permintaan energi yang melonjak seiring dengan penggunaan kecerdasan buatan (AI), menjamurnya pusat data hingga ketertarikan terhadap energi atom.
Di antara negara berkembang, negara-negara di Asia Tenggara yang sejauh ini masih bergantung pada bahan bakar fosil seperti batu bara, untuk pertama kalinya mengungkapkan minat untuk mengembangkan pembangkit nuklir.
Baca Juga
Misalnya saja Filipina, yang bertujuan memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir pertama pada 2032, sementara Vietnam sedang mempertimbangkan rencana yang sama. Di sisi lain, Indonesia sedang menyusun strategi membangun pembangkit listrik tenaga nuklir.
Ajay menambahkan, semangat World Bank mengakhiri kemiskinan ekstrem dan meningkatkan kemakmuran, telah mendanai proyek-proyek energi fosil dan energi terbarukan, namun memberlakukan larangan untuk mendanai pembangkit tenaga nuklir.
“Reaktor nuklir kecil bisa menjadi transformasional,” ujarnya.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyampaikan proses percepatan pemanfaatan energi nuklir di Indonesia dengan target optimalisasi pada 2032.
Hal ini menjadi langkah penting bagi pemerintah Indonesia dalam mewujudkan program Asta Cita, yaitu ketahanan energi. "Menyangkut nuklir, ini adalah langkah terobosan yang harus kita ambil. Di DEN, hal ini telah dibahas secara serius. Targetnya, pada 2032, energi nuklir sudah bisa jalan," kata Bahlil, Senin (2/12/2025).