Bisnis.com, JAKARTA - Pertamina New & Renewable Energy (NRE) mengebut berbagai proyek transisi energi baru terbarukan (EBT) pada tahun ini.
CEO Pertamina NRE John Anis mengatakan, proyek itu mulai dari menggali berbagai potensi sumber daya EBT hingga membuka kerja sama dengan berbagai mitra strategis dari dalam dan luar negeri.
“Angin sampai nuklir kita jajaki, berbagai potensi energi bersih kita gali. Selagi satu visi. Potensi kerja sama tentu akan kita lakukan,” kata John dalam keterangan tertulis dikutip, Selasa (11/3/2025).
Dia memaparkan berbagai proyek masa depan yang akan menjadi fokus utama perusahaan dalam mendukung energi hijau di Indonesia. Adapun, salah satu proyek yang akan dikembangkan adalah ekspansi energi panas bumi atau geotermal.
Proyek geotermal itu seperti di Lumut Balai, Sumatra Selatan, Lampung, dan Sulawesi Utara. Selain itu, pihaknya juga akan mengembangkan inovasi dari pemanfaatan panas bumi yang menjadi salah satu fokus Pertamina NRE lewat anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO).
"Pengembangan energi panas bumi menjadi prioritas utama kami karena Indonesia memiliki potensi besar di sektor ini," jelas John.
Baca Juga
Dia menambahkan bahwa pemanfaatan geotermal dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam penyediaan energi bersih di Tanah Air. Oleh karena itu, perusahaan akan terus menjajaki berbagai peluang kerja sama guna mempercepat pengembangan proyek ini.
Selain geotermal, Pertamina NRE juga berencana menggarap proyek flare gas to power. Menurut John, proyek ini akan dijalankan bersama dengan PT Kilang Pertamina Internasional untuk mengoptimalkan pemanfaatan gas suar dari kilang.
Dengan demikian, energi yang selama ini terbuang dapat dikonversi menjadi listrik, yang selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk operasional kilang maupun keperluan lainnya.
John menyebut inisiatif ini merupakan bagian dari strategi efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon perusahaan.
"Kami ingin memastikan bahwa setiap sumber daya yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan optimal sehingga tidak ada energi yang terbuang sia-sia," ujarnya.
Dua juga menegaskan bahwa proyek ini selaras dengan visi Pertamina untuk menjadi pemimpin dalam transisi energi di Indonesia.
Tak hanya itu, John juga mengatakan pihaknya terus mengembangkan perdagangan karbon demi mendukung Net Zero Emission pada 2060. Menurutnya, setelah menginisiasi perdagangan karbon pada 2023, Pertamina NRE akan mengoptimalkan pemanfaatan kredit karbon dari berbagai proyek energi terbarukan, termasuk geothermal, solar PV, dan biomassa.
Dengan skema ini, kata dia. Pertamina NRE dapat menjual kredit karbon kepada perusahaan yang membutuhkan kompensasi atas emisi yang mereka hasilkan. Dengan begitu, perusahaan membantu menyeimbangkan emisi nasional dan mendorong investasi di sektor energi hijau.
"Kami ingin berkontribusi dalam pengurangan emisi dengan memanfaatkan potensi besar Indonesia dalam energi bersih serta memastikan ekosistem perdagangan karbon yang transparan dan berkelanjutan," ujar John.