Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebangkitan Energi Angin Lepas Pantai Global, Indonesia Kebagian?

China menjadi pasar terbesar yang menyumbang 65% kapasitas baru pembangkit listrik tenaga bayu lepas pantai.
Turbin angin di lepas pantai Clacton On Sea, Inggris/ Bloomberg - Carlos Jasso
Turbin angin di lepas pantai Clacton On Sea, Inggris/ Bloomberg - Carlos Jasso

Bisnis.com, JAKARTA – Industri pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) lepas pantai global diperkirakan mengalami pemulihan signifikan dengan penambahan kapasitas mencapai 19 gigawatt (GW) dengan total estimasi investasi US$80 miliar pada 2025. 

Melansir data Rystad Energy, proyeksi perbaikan kinerja mengacu pada realisasi proyek PLTB lepas pantai sebesar 8 GW pada tahun lalu atau turun 2 GW dibandingkan dengan 2023. 

Perbaikan kinerja tahun ini didorong dengan meningkatnya gelombang penyewaan alat yang memecahkan rekor. Adapun China menjadi pasar terbesar yang menyumbang 65% kapasitas baru.

Meski ada kemajuan dalam penambahan kapasitas, ketidakpastian terkait perjanjian sewa, kontrak jangka panjang antara pemilik lahan dan perusahaan energi angin, masih membayangi sektor ini.

Analis Senior Energi Angin Lepas Pantai di Rystad Energy, Petra Manuel menjelaskan industri energi angin lepas pantai global diperkirakan akan mengalami tahun yang kuat pada 2025. Namun, sejumlah faktor dapat memengaruhi kelancaran perjalanannya.

“Kebijakan federal AS memiliki dampak besar pada pengembangan energi angin lepas pantai global, terutama di wilayah yang sebagian besar kapasitasnya dilelang,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (3/3/2025).

Menurutnya, kebijakan Presiden Donald Trump yang menghentikan sewa baru dan persetujuan proyek di Outer Continental Shelf (OCS) pada Januari lalu, diperkirakan akan berlangsung selama masa jabatannya. 

Tidak hanya proyek lepas pantai, moratorium ini, memastikan pemerintah AS tidak akan memproses permintaan baru atau perpanjangan sewa untuk proyek energi angin, baik lepas pantai maupun daratan, sampai ada kajian menyeluruh mengenai praktik leasing dan izin energi angin di tingkat federal.

Hal ini dapat menghambat pengembangan dan menciptakan ketidakpastian untuk proyek yang sedang berjalan.

Tahun lalu, tercatat lelang proyek PLTB lepas pantai global mencapai 55 GW. Sayang tidak semuanya mendapatkan perhatian investor. 

Misalnya, lelang untuk potensi proyek PLTB lepas pantai berkapasitas 3 GW di Oregon, AS, yang tidak menarik investor, sementara lelang untuk wilayah Gulf of Maine hanya berhasil terlelang sekitar 7 GW dari 13 GW yang ditawarkan. 

Adapun proyek PLTB lepas pantai yang terhambat pada 2024, juga dikhawatirkan berdampak pada keputusan akhir investasi (FID) untuk proyek baru. Tahun ini, Inggris, Polandia, dan Jerman diprediksi akan memimpin lonjakan FID di Eropa dengan total mencapai 9,5 GW. 

Beberapa proyek besar di negara-negara ini diperkirakan akan mendapatkan persetujuan akhir, dengan Polandia menjadi salah satu negara yang diprediksi akan melihat sejumlah proyek besar mencapai FID, seperti Baltyk II dan III yang dikembangkan oleh Polenergia dan Equinor.

Dorongan proyek energi angin lepas pantai tidak terlepas dari ambisi negara-negara mempercepat penggunaan energi hijau. Inggris salah satunya.

Melansir Bloomberg, pemerintah Inggris mengumumkan reformasi untuk mempercepat pembangunan proyek energi terbarukan, seperti PLTB lepas pantai, seiring dengan target sistem energi bersih pada 2030. 

Perubahan yang direncanakan berfokus pada contracts for difference (CFD), yang menjamin harga tetap bagi produsen energi dan telah menjadi kunci dalam mendorong investasi di sektor energi terbarukan. 

Usulan utama termasuk pelonggaran aturan perencanaan untuk angin lepas pantai, perubahan cara menetapkan anggaran, dan perpanjangan masa kontrak untuk meningkatkan efektivitas biaya.

"Listrik yang dihasilkan dari energi terbarukan akan menjadi tulang punggung sistem energi bersih pada tahun 2030. Skema contracts for difference sangat penting untuk mencapai target kapasitas tersebut," seperti dinyatakan Departemen Keamanan Energi dan Net Zero yang dikutip Bloomberg

Berbeda dengan gelombang pemulihan proyek PLTB global, aktivitas di Indonesia masih terbilang jalan di tempat. Saat ini, prospek pengembangan PLTB akan disiapkan dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025 - 2035. 

Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Eniya Listiani Dewi mengatakan bahwa pemerintah bersama dengan PLN tengah menyusun RUPTL tahun 2025-2035 serta Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN). 

Dalam rancangan kebijakan yang tengah digodok tersebut, pemerintah menargetkan akan menambah kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) sebanyak 5 GW hingga 2030.

"Saat ini RUKN sedang dibahas, selanjutnya dibuat RUPTL baru dan didalamnya target 5 tahun ke depan. Kita sudah tahu langkahnya 5 GW, jadi sampai dengan tahun 2030 kita butuh 5 GW dari angin," ujar Eniya, Jumat (27/9/2024).

Adapun potensi sumber daya bayu di Tanah Air diperkirakan berada di bagian timur Indonesia, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Jawa Bagian Timur dan Jawa Bagian Selatan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper