Bisnis.com, JAKARTA — Yayasan WWF Indonesia menggandeng 100 perusahaan yang bergerak di bidang wisata bahari untuk mendukung kelestarian sumber daya pesisir dan laut serta meningkatkan ekonomi biru di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, devisa yang dihasilkan dari sektor pariwisata mencapai US$14 miliar pada 2023. Hal ini menunjukkan kontribusi yang signifikan terhadap devisa nasional.
Direktur Program Kelautan dan Perikanan WWF Indonesia Imam Musthofa mengatakan pariwisata yang terjadi bisa dikatakan sebagian besarnya sangat bergantung pada keindahan serta kelestarian ekosistem dan budaya Indonesia.
“Sayangnya, daya dukung wisata, khususnya untuk wisata bahari masih kurang dipraktikan oleh para pelaku usaha dan juga pemerintah. Upaya daya dukung ini perlu dilakukan bersama oleh seluruh pelaku pemanfaatan ruang laut di wilayah tersebut,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (4/2/2025).
WWF Indonesia menginisiasikan signing blue sejak 10 tahun lalu sebagai upaya menjadikan wisata bahari sebagai peluang ekonomi biru bagi pengelolaan sumber daya alam.
Namun di sisi lain, aktivitas wisata punya ecological footprint atau dampak ke lingkungan sehingga signing blue hadir sebagai wadah untuk mendampingi pelaku wisata untuk satu langkah lebih depan memulai praktik wisata bahari yang bertanggung jawab.
Baca Juga
“Dalam 10 tahun, signing blue telah bermitra dengan lebih dari 100 perusahaan yang bekerja di sektor wisata bahari dari mulai akomodasi, dive operator, hingga kapal rekreasi dari berbagai lokasi di Indonesia. Kami juga telah merangkul lebih dari 300 individu wisatawan sebagai blue traveler yang telah menjadi bagian dari perubahan praktik wisatawan untuk lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan khususnya di destinasi wisata bahari,” tuturnya.
Melalui sistem pendampingan dari signing blue, perusahaan yang bergerak pada wisaya bahari telah berhasil meningkatkan 24% praktik bertanggung jawab dari berbagai aspek penting yaitu lingkungan, sosial, ekonomi, budaya, dan efektivitas manajemen.
Salah satu program utama yakni Marine Tourism Improvement Program (MTIP) dimana WWF Indonesia mendampingi proses pendekatan teknis untuk membantu anggota dalam meningkatkan kualitas wisata bahari dengan penekanan pada keberlanjutan dan pengelolaan yang efektif.
Dalam waktu dekat, signing blue akan menjangkau lebih banyak pelaku wisata bahari di Indonesia. Hal ini untuk mewujudkan tata kelola dan praktik terbaik wisata bahari yang mendukung kelestarian ekosistem di pesisir dan laut Indonesia serta mendukung peningkatan ekonomi biru.
Assurance Strategy Manager Lead Assessor Global Sustainable Tourism Council (GSTC) Herdi Andrariladchi menuturkan standar yang menjadi acuan signing blue yakni GSTC yang merupakan organisasi menetapkan dan mengelola standar global untuk pariwisata berkelanjutan.
Saat ini, hanya ada 2 Hotel di Indonesia yang telah mendapatkan sertifikasi GSTC. Menurutnya, di Indonesia sebetulnya yang menerapkan praktik keberlanjutannya cukup banyak, namun tidak ada bukti-bukti kegiatan yang telah dilakukan menjadi tantangan sehingga pada akhirnya proses sertifikasi menjadi terlihat sulit.
“Padahal kalau membaca kriteria dan indikator serta turunan ceklisnya dengan seksama sebenarnya mudah. Ini harus dipelajari bersama agar sektor pariwisata di Indonesia banyak yang tersertifikasi dan terpercaya dalam implementasi praktik sustainabilitynya,” tuturnya.
Guru Besar Universitas Udayana Agung Suryawan Wiranatha menuturkan pemerintah Indonesia sejak 2016 telah mengadopsi standar GSTC untuk dijadikan pedoman praktik pariwisata berkelanjutan yang kemudian inisiasi tersebut dikenal sebagai Indonesia Sustainable Tourism Council (ISTC).
“ISTC akan berorientasi pada transformasi pengukuran pariwisata yang holistik. Harapan ke depan ISTC dapat menilai sejauh mana pariwisata berkelanjutan di Indonesia telah diimplementasikan,” ujarnya.