Bisnis.com, JAKARTA — Minyak sawit telah menjelma menjadi salah satu komoditas paling kontroversial. Serangkaian kritik diarahkan ke sawit, mulai dari keterkaitannya dalam deforestasi, hingga aktivitas perkebunan yang dituduh kelewat eksploitatif.
Pendiri Microsoft, Bill Gates, menjadi orang kesekian yang melayangkan kritik tajam tersebut. Dia bahkan memberi catatan khusus ke minyak nabati ini dalam sebuah unggahan di blog pribadinya Gates Notes pada Februari 2024.
Gates mulanya menyoroti bagaimana konsumsi komoditas hewani, mulai dari daging, susu, mentega hingga es krim, telah memperparah krisis iklim. Produksi lemak hewani dan minyak nabati setidaknya berkontribusi sekitar 7% dari total 51 miliar ton emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dunia dalam setahun.
“Untuk menghadapi perubahan iklim, kita harus mengubah angka itu menjadi nol,” tulis sosok yang pernah menyabet posisi orang terkaya di dunia itu, dikutip Selasa (4/2/2025).
Namun dia menyadari bahwa manusia tidak bisa serta-merta berhenti mengkonsumsi produk hewani 100%. Bagaimanapun, lemak hewani merupakan sumber pangan kaya nutrisi dan kalori. Tubuh manusia, kata Gates, secara naluriah membutuhkan produk hewani sebagaimana gula dibutuhkan sebagai sumber energi.
Keresahan Gates kemudian dia jawab sendiri dengan sebuah solusi berbasis teknologi dan inovasi. Gates mengatakan lemak hewani bisa diproduksi tanpa meninggalkan emisi gas rumah kaca maupun sisa zat kimia bersama.
Keberhasilan itu setidaknya diperlihatkan oleh Savor, sebuah perusahaan rintisan yang menjadi salah satu target investasi Gates.
Saat itu, Savor tengah mengembangkan teknologi yang mampu menciptakan lemak dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Inovasi Savor mengacu pada fakta bahwa semua lemak tersusun dari rantai karbon dan hidrogen.
Alih-alih menggunakan hewan atau tanaman, Savor menciptakan rantai karbon dan hidrogen tersebut melalui proses yang lebih berkelanjutan. Teknologi ini memanfaatkan karbon dioksida dari udara dan hidrogen dari air, yang kemudian dipanaskan dan dioksidasi untuk memisahkan asam lemak serta membentuk molekul lemak. Hasil akhirnya adalah lemak asli, serupa dengan yang ditemukan dalam susu, keju, daging sapi, dan minyak nabati.
Bill Gates, yang telah mencicipi produk Savor, mengungkapkan kekagumannya. “Saya tidak percaya bahwa saya tidak sedang makan mentega asli,” ujarnya.
Terlepas dari keberhasilan Savor dan potensi pengurangan emisi dari produksi lemak hewani, Bill Gates mengatakan tantangan perubahan iklim tetap ada, yakni dari minyak nabati. Kali ini, Bill Gates secara spesifik menuding minyak sawit, sumber minyak nabati terbesar, sebagai kontributor krisis iklim paling berbahaya.
“Minyak kelapa sawit adalah lemak nabati yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Bahan ini terdapat dalam setengah dari semua produk kemasan–mulai dari selai kacang, biskuit, mi instan, krimer kopi, dan makanan beku hingga produk kosmetik, sabun mandi, pasta gigi, deterjen, dan deodoran, serta lilin, makanan kucing, susu formula bayi, dan masih banyak lagi. Minyak sawit bahkan digunakan sebagai bahan baku biodiesel,” tulis Gates.
Dia mengatakan masalah utama sawit bukan terletak pada penggunaannya, melainkan pada proses produksinya. Tanaman yang memiliki habitat asli di Afrika Tengah dan Barat ini hanya akan tumbuh baik di wilayah tropis sekitar garis khatulistiwa.
“Hal ini menyebabkan hutan hujan di wilayah tropis ditebang dan dibakar untuk diubah menjadi perkebunan kelapa sawit,” kata Gates.
Pembukaan lahan untuk perkebunan sawit, lanjutnya, berdampak buruk pada keanekaragaman hayati dan seluruh ekosistem. Praktik pembakaran lahan juga memicu pelepasan emisi karbon.
“Kerusakan hutan di Malaysia dan Indonesia pada 2018 yang cukup parah bahkan menyumbang 1,4% dari total emisi global. Angka ini lebih besar dari emisi karbon yang dihasilkan California dan menyaingi emisi sektor penerbangan global,” catatnya.
Terlepas dari dampak ekologis ini, Gates mengakui bahwa minyak sawit merupakan produk yang sulit digantikan. Terutama karena harganya yang murah dan pasokannya yang melimpah.
Minyak sawit juga memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lain, seperti fungsinya sebagai pengawet alami dengan masa simpan yang sangat lama.
Selain itu, minyak sawit merupakan satu-satunya minyak nabati yang memiliki keseimbangan hampir sama antara lemak jenuh dan tak jenuh, sehingga membuatnya sangat serbaguna.
Karena alasan-alasan inilah, Gates juga berinvestasi pada C16 Biosciences. Sejak 2017, C16 telah mengembangkan inovasi untuk menghadirkan alternatif minyak sawit dengan memanfaatkan mikroba ragi liar menggunakan proses fermentasi yang tidak menghasilkan emisi.
“Minyak ini juga sama ‘alami’ seperti minyak sawit—hanya saja dibuat dari jamur, bukan dari pohon. Seperti Savor, proses C16 sepenuhnya bebas dari praktik pertanian; ladang mereka adalah laboratorium di pusat kota Manhattan,” papar Gates.
Gates mengemukakan fermentasi adalah proses yang relatif terjangkau, dapat diperluas dan cenderung cepat. Terutama jika dibandingkan dengan alih fungsi lahan melalui penebangan maupun pembakaran.
“Saya harap Savor dan C16 sukses. Gagasan beralih ke lemak dan minyak buatan laboratorium mungkin terasa aneh pada awalnya. Namun, potensinya untuk secara signifikan mengurangi jejak karbon kita sangat besar. Dengan memanfaatkan teknologi dan proses yang sudah terbukti, kita selangkah lebih dekat untuk mencapai tujuan iklim kita,” tutup Gates.