Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) akan menambah kapasitas terpasang pengembangan bisnis energi bersih menjadi 6 giggawatt (GW) pada 2029-2030 dengan investasi tambahan sebesar US$6 miliar atau setara Rp94,32 triliun.
CEO Pertamina New & Renewable Energy (PNRE) John Anis mengatakan target tersebut merupakan optimisme yang didorong untuk mendukung transisi energi dan target net zero emission yang dicanangkan Indonesia pada 2060.
"Saat ini kapasitas kami sekitar 2,6 gigawatt. Kami ingin meningkatkannya menjadi sekitar 6 gigawatt pada tahun 2029 atau 2030 dengan tambahan investasi sekitar US$6 miliar," kata John, dikutip dari Youtube COP UNFCCC, Rabu (13/11/2024).
Adapun, target tersebut menggambarkan upaya Pertamina meningkatkan portofolio bisnis yang akan ditopang lewat proyek gas to power dan pembangkit listrik berbasis EBT mencakup geothermal, tenaga surya, dan biogas.
"Kami juga berambisi untuk meningkatkan panas bumi sekitar 3,1 gigawatt. Kami memiliki potensi di sini, sekitar 3 gigawatt, dan kami juga memiliki peta jalan tentang cara untuk mewujudkannya. Saat ini, kapasitas terpasang kami sekitar 672 gigawatt," tuturnya.
Dalam upaya mewujudkannya, John menyebutkan pentingnya dukungan kolektif dari berbagai pihak untuk mengurai kendala seperti tempat penyimpanan energi, kebutuhan infrastruktur trasmisi, teknologi, hingga pembiayaan.
Baca Juga
Dia menyebut perlu adanya solusi agar pengembangan energi hijau lebih efisien dan teknologi yang lebih murah akgar menghasilkan energi yang lebih terjangkau.
"Masalah lainnya adalah, tentu saja, pembiayaan untuk proyek percontohan karena beberapa proyek masih dalam tahap percontohan, jadi kita perlu mendanainya sekali. Tentu saja kita memerlukan pembiayaan yang baik, pembiayaan yang cukup kompetitif, agar menjadi lebih kompetitif dan menguntungkan," terangnya.
Hal lain yang tak kalah penting yaitu kerangka regulasi dari pemerintah. Meskipun hingga saat ini, John menilai pemerintah cukup dinamis dalam memperbarui regulasi sesuai dengan tantangan dan masalah di lapangan.