Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

COP29: Sektor Energi Diminta Makin Agresif Tekan Emisi Metana

Emisi metana terbanyak berasal dari sampah, yang mencapai 95%. Pengurangan emisi metana turut menjadi aspek penting dalam menekan dampak krisis iklim.
Ilustrasi gas metana yang digunakan di dapur. / Bloomberg-Chris Ratcliffe
Ilustrasi gas metana yang digunakan di dapur. / Bloomberg-Chris Ratcliffe

Bisnis.com, JAKARTA — Pengurangan emisi metana di berbagai sektor, termasuk energi menjadi salah satu upaya penting dalam mencegah perubahan iklim secara drastis. Hal ini yang juga menjadi fokus pemerintah dalam mengurangi emisi gas rumah kaca atau GRK.

Direktur Mitigasi Perubahan Iklim KLHK Yulia Suryanti mengatakan mengatasi emisi metana adalah salah satu tindakan yang paling berhasil dan langsung dapat kita lakukan untuk memperlambat dampak perubahan iklim.

"Indonesia sebenarnya telah meneruskan inventori GHG [greenhouse gas] nasional setiap tahun, sejak tahun 2018, termasuk emisi metana. Jadi jika kita lihat, berdasarkan profil GHG kita, emisi metana yang paling berhasil datang dari sektor waste, diikuti oleh sektor pembangunan, dan kemudian sektor energi," kata Yulis dalam COP29, Kamis (14/11/2024).

Dia menerangkan, selain emisi CO2, emisi metan adalah salah satu target global yang mesti dikurangi. Komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi metan yakni sebesar 31,89% pada 2030.

Dalam hal ini, emisi metana yang dihasilkan lewat sektor energi memang bukan yang terbesar. Namun, dia menekankan bahwa aktivitas migas maupun operasional di sektor energi lainnya harus mampu menekan emisi tersebut. 

Laporan GHG Inventory dan MRV 2022 menunjukkan emisi metana dari sektor energi hanya sebesar 2% jauh lebih rendah dibandingkan dengan sektor sampah yang berkontribusi sebesar 95% dan sektor agrikultur menghasilkan emisi metana 57%.

"Jika kita berbicara tentang aktivitas minyak dan gas, jadi kita memiliki potensi besar dalam bidang ini. Kita berbicara tentang flaring, thermal oxidizer, incinerator gas unit, sulfur capture unit, dan lainnya," ujarnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Strategi, Portofolio, dan Pengembangan Usaha PT Pertamina (Persero) Atep Salyadi Dariah Saputra mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai inisiatif yang masuk dalam upaya ESG, termasuk dalam hal manajemen emisi metana. 

"Jadi pada tahun 2021 sebagai baseline, kami menghasilkan 2,16 juta ton metana 74% datang dari flaring dan venting 24% dari fugitif dan 2% dari aktivitas operasional lain," tuturnya. 

Pertamina memiliki target untuk aktivitas flaring akan menjadi 0% pada 2030 dan diikuti oleh seluruh aktivitas operasionalnya. Sejak 2021, berbagai inisiatif yang dilakukan telah menghasilkan pengurangan 14% emisi metana. 

"Kami mengetahui pada tahun lalu kami flaring 45% Mmscfd Gas dan bisa menurun ke 32%, lalu menjadi hampir 0% flaring rutin pada tahun 2030," ujarnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper