Bisnis.com, JAKARTA — Suhu tinggi yang melanda Korea Selatan selama musim panas tahun ini telah memicu lonjakan penjualan pendingin udara (air conditioners/AC) dan mendorong kenaikan permintaan listrik nasional. Sejumlah raksasa elektronik Negeri Ginseng pun memanfaatkan momentum ini dengan memasarkan peralatan rumah tangga hemat energi.
Samsung Electronics melaporkan penjualan AC domestiknya naik 50% pada kuartal I/2025 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, LG Electronics mencatat kenaikan penjualan domestik hingga 60% dalam periode yang sama, seiring dengan musim panas yang lebih panas dari perkiraan.
Kenaikan penjualan AC ini terjadi meskipun pemerintah memperkirakan sekitar 98% rumah tangga dari total populasi 51 juta jiwa di Korea Selatan sudah memiliki AC. Pertumbuhan diperkirakan didorong oleh fitur pendinginan yang lebih canggih, efisiensi energi, serta model berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dipromosikan produsen.
“Kami memperkirakan tren positif penjualan AC secara global akan terus berlanjut, didorong oleh permintaan terhadap produk ramah lingkungan dan berdaya efisien tinggi sebagai dampak dari perubahan iklim,” ujar Samsung dalam pernyataan kepada Reuters, tanpa memperinci angka penjualan.
LG juga optimistis bisnis AC akan terus tumbuh tahun ini, seiring dengan aksi konsumen yang mengganti unit lama dengan model baru yang lebih efisien.
Tahun ini, LG mengoperasikan lini produksi AC-nya di atas kapasitas penuh, sementara Samsung memulai produksi penuh 10 hari lebih awal dari biasanya, menurut informasi dari laman resmi masing-masing perusahaan.
Baca Juga
Gelombang panas yang lebih panjang dan intens turut mendorong penjualan AC secara global. Produk pendinginan diperkirakan menjadi kontributor utama pertumbuhan permintaan listrik global selama dekade mendatang.
Menurut International Energy Agency (IEA), permintaan listrik global untuk sistem pendingin diperkirakan meningkat sekitar 1.200 terawatt jam (TWh) hingga 2035, melampaui proyeksi kenaikan 800 TWh dari pusat data (data centre).
Renub Research memperkirakan pasar AC global akan tumbuh rata-rata 6,3% per tahun hingga 2032 dan mencapai nilai US$257,2 miliar. Sementara itu, IEA memperkirakan 50% rumah tangga di dunia akan memiliki AC pada 2035, dibandingkan dengan 36% pada 2022.
Kementerian Energi Korea Selatan memperingatkan lonjakan pemakaian listrik dapat membebani jaringan tenaga nasional, dengan permintaan puncak diperkirakan menyentuh rekor 97,8 gigawatt (GW) pada pukul 17.00–18.00 waktu setempat di minggu kedua Agustus, terutama akibat penggunaan AC.
Sifat konsumsi daya AC yang cenderung tetap tinggi setelah meningkat pun mendorong pemerintah setempat meningkatkan cadangan listrik, memperbanyak impor batu bara, serta mengaktifkan kembali pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang sebelumnya tidak beroperasi.
Pada 2024, penggunaan listrik untuk AC rumah tangga menyumbang 16% dari total permintaan tahunan, naik dari 14% sebelum pandemi. Pemerintah Korsel juga menyalurkan kupon energi dan melonggarkan tarif untuk mendukung penggunaan AC di kalangan masyarakat berpendapatan rendah.