Bisnis.com, JAKARTA — Fitch Ratings menilai longsornya gletser di sebuah desa Swiss merupakan bukti baru bahwa perubahan iklim mengubah hukum risiko hipotek.
Bulan lalu, dunia menyaksikan dengan kaget saat 3 juta meter kubik batu dan lumpur mengubur desa Blatten di Swiss. Suhu di Pegunungan Alpen sudah sekitar 2 derajat Celcius lebih panas daripada saat revolusi industri, yang berarti gletser terus mencair dengan kecepatan yang berbahaya.
Dengan pemanasan global yang saat ini diperkirakan akan mencapai dua kali lipat ambang batas kritis 1,5 derajat Celcius, para ilmuwan memperingatkan bahwa risiko kerusakan properti yang disebabkan oleh banjir, tanah longsor, kebakaran, dan badai meningkat setiap harinya.
Direktur Analisis Lanjutan Fitch Ratings Will Rossiter mengatakan pihaknya memperkirakan bencana iklim akan terjadi lebih sering dan dengan intensitas lebih tinggi.
"Dampak yang ditimbulkan pada lebih banyak aset dalam portofolio dapat meningkat," ujarnya dilansir Bloomberg, Selasa (10/6/2025).
Fitch kini tengah dalam proses mengintegrasikan risiko iklim fisik ke dalam penilaian kredit. Langkah tersebut mencerminkan kekhawatiran yang berkembang di antara perusahaan pemeringkat dan regulator bahwa perubahan iklim memengaruhi pasar hipotek dan obligasi yang membiayainya dengan cara yang belum tercermin secara memadai dalam penilaian.
Baca Juga
"Apa yang terjadi di Swiss seharusnya menjadi pengingat ketika bencana iklim terjadi, dampaknya bisa sangat dahsyat. Nilai properti tersebut telah berubah dari apa pun menjadi tidak ada sama sekali dalam semalam," katanya.
Kepala Pelaporan EBA Pilar Gutierrez Rodriguez menuturkan dampak fisik dari perubahan iklim memiliki implikasi bagi beberapa pasar pendapatan tetap yang secara tradisional dipandang sebagai salah satu yang paling aman di dunia.
Hal itu termasuk pasar obligasi tertutup senilai US$3,4 triliun. EBA baru saja meluncurkan proposal agar bank yang menerbitkan obligasi tertutup mengungkapkan risiko terkait iklim dari aset yang mendasarinya, dengan fokus khusus pada konsumsi energi.
"Ide di balik pengungkapan tersebut untuk memahami potensi risiko terkait bagaimana ancaman lingkungan berdampak pada solvabilitas lembaga dan likuiditas lembaga," ucapnya.
Menurutnya, saat ini momen untuk meningkatkan transparansi seputar risiko iklim. Laporan EBA terpisah akan diterbitkan dalam beberapa minggu mendatang dengan rekomendasi kepada Komisi Eropa tentang penulisan ulang covered bond directive. Saat ini tidak ada persyaratan di bawah Covered Bond Directive untuk mengungkapkan data terkait iklim.
Wakil Kepala Obligasi Tertutup Scope Ratings Mathias Pleissner menuturkan pengungkapan tambahan akan membantu untuk lebih memahami dan mengisolasi risiko iklim.
"Pengungkapan hanyalah permulaan. Bank yang dapat menunjukkan mereka menanggapi risiko tersebut dengan serius akan diberi penghargaan oleh investor dan regulator. Misalnya, obligasi tertutup dengan metrik iklim yang solid dapat memperoleh perlakuan istimewa dalam penilaian Bank Sentral Eropa atas agunan yang diterimanya sebagai bagian dari operasi kreditnya," tuturnya.
Obligasi tertutup telah lama dianggap sebagai salah satu sekuritas yang paling aman, karena apa yang dikenal sebagai dual recourse. Jika penerbit gagal, maka pemegang obligasi memiliki klaim langsung dan istimewa terhadap agunan yang mendasarinya serta klaim biasa terhadap pemberi pinjaman. Struktur hukum obligasi yang unik telah menghasilkan peringkat kredit yang tinggi secara konsisten.
"Kami berharap berharap regulator Eropa dan pemangku kepentingan lainnya memastikan ada peningkatan risiko iklim," ujarnya.
Sekretaris Jenderal European Mortgage Federation-European Covered Bond Council Luca Bertalot mengatakan beberapa bank melakukan investasi besar dalam beberapa tahun terakhir untuk memungkinkan analisis yang tepat terhadap portofolio hipotek.
Kepala Program ESG di Deutsche Pfandbriefbank Andreas Wuermeling menuturkan terdapat kesadaran risiko ESG yang lebih tinggi mengakibatkan spread yang lebih tinggi sehingga strategi bisnis bank didasarkan pada tingkat portofolio hijau yang ambisius. Hal ini dikombinasikan dengan identifikasi risiko ESG yang berkelanjutan dalam portofolio pinjaman dan pemilihan transaksi yang konsisten untuk meminimalkan risiko ESG.