Bisnis.com, JAKARTA — Konferensi Kelautan PBB atau UN Ocean Conference (UNOC) yang berlangsung selama 9–13 Juni 2025 resmi dibuka dengan kota Nice, Prancis sebagai tuan rumah bersama Kosta Rika hingga 13 Juni 2025. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres bersama para pemimpin dunia menyerukan komitmen yang lebih kuat dalam pelestarian ekosistem laut.
Lebih dari 50 kepala negara dan pemerintahan hadir dalam konferensi ini, termasuk Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen. Secara keseluruhan, lebih dari 120 negara berpartisipasi dalam UNOC ke-3 ini.
“Jika Bumi memanas, maka lautan akan mendidih. Nasib laut kita tidak ditentukan oleh pasar; respons utama yang dibutuhkan adalah kerja sama multilateral,” ujar Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam sambutan pembukaan yang dikutip dari siaran pers resmi.
Sementara itu, Presiden Kosta Rika Rodrigo Chaves Robles menekankan pentingnya tindakan nyata untuk melindungi dan memulihkan ekosistem laut yang kini berada di ambang kerusakan.
“Lautan berbicara melalui pemutihan terumbu karang, badai, dan rusaknya ekosistem bakau. Tidak ada lagi waktu untuk retorika, inilah saatnya bertindak,” tegasnya.
Chaves mengecam praktik selama puluhan tahun yang memperlakukan laut sebagai tempat pembuangan sampah global. Ia menyerukan pergeseran dari eksploitasi menjadi pengelolaan yang bertanggung jawab.
Baca Juga
“Kosta Rika adalah negara kecil, tetapi perubahan ini telah dimulai,” ujarnya. “Kami kini mendeklarasikan perdamaian dengan laut.”
Pernyataan paling menonjol darinya adalah seruan untuk moratorium terhadap aktivitas penambangan laut dalam di wilayah perairan internasional hingga ilmu pengetahuan mampu menilai risiko secara memadai. Dia mengatakan posisi ini telah didukung oleh 33 negara.
Konferensi ini memiliki tujuan yang ambisius namun jelas, yakni mempercepat komitmen ‘30 by 30’ untuk melindungi 30% laut pada 2030, mempromosikan perikanan berkelanjutan, mendekarbonisasi sektor transportasi laut, serta membuka sumber pendanaan laut biru (blue finance) seperti obligasi kelautan dan skema tukar utang untuk alam (debt-for-nature swaps) guna mendukung negara-negara pesisir yang rentan.
Selain sesi pleno, hari pertama konferensi juga menampilkan dua panel aksi tingkat tinggi, satu mengenai konservasi dan restorasi ekosistem laut dan satu lagi terkait penguatan kerja sama ilmiah, pertukaran teknologi, dan pendidikan untuk menjembatani kesenjangan antara ilmu pengetahuan dan kebijakan.
Dalam pidato pembukaan, António Guterres menyoroti bahwa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-14 (Life Below Water) merupakan salah satu target yang paling sedikit didanai di antara 17 tujuan global PBB (SDGs).
“Ini harus berubah. Kita memerlukan model-model berani untuk membuka akses modal swasta,” katanya.
“Apa yang hilang dalam satu generasi, dapat dipulihkan dalam satu generasi. Lautan para leluhur kita, yang kaya akan kehidupan dan keanekaragaman, bisa lebih dari sekadar legenda. Itu bisa menjadi warisan kita,” kata Guterres.