Bisnis.com, JAKARTA — Kawasan Asia mencatatkan aliran masuk bersih (net inflow) dana keberlanjutan (sustainability fund) terbesar sepanjang tahun pada kuartal akhir 2024 dengan nilai menembus US$4,2 miliar.
Laporan Morningstar Sustainalytics mengungkap bahwa kalkulasi yang tidak menyertakan China dan Jepang itu mayoritas disumbang oleh Taiwan. Arus masuk dana keberlanjutan di kawasan ini menembus US$2,4 miliar pada kuartal IV/2024 atau lebih dari separuh total dana masuk.
“Dana berkelanjutan yang berbasis di Taiwan seperti Cathay MSCI Taiwan ESG Sustainability High Dividend Yield ETF dan Capital ICE ESG 20+ Year BBB US Corporate ETF terus menarik investasi terbesar,” tulis Sustainalytics dalam laporan yang dikutip Selasa (18/2/2025).
Pertumbuhan pesat dana kelolaan ini terutama didorong oleh minat investor ritel, terutama investor muda Taiwan, pada produk investasi dengan rasio dividen tinggi. Selain itu, Komisi Pengawas Keuangan Taiwan turut terlibat mempromosikan investasi berbasis environment, social and governance (ESG) di pasar.
Selain Taiwan, Hong Kong menjadi kawasan lain yang mencatatkan arus masuk pada dana berkelanjutan. Total inflow pada dana berbasis ESG di kawasan ini mencapai US$190 juta pada kuartal IV/2024.
Dana indeks Sun Life AM Hong Kong ESG Index dan Sun Life AM Global Low Carbon Index menjadi favorit utama investor. Sustainalytics mencatat masing-masing menarik arus dana sebesar US$195 juta dan US$42 juta.
Sementara itu, India menutup 2024 dengan arus keluar dana berkelanjutan selama empat kuartal berturut-turut. SBI ESG Exclusionary Strategy, dana berkelanjutan terbesar di India dengan aset kelolaan yang menyentuh US$690 juta aset pada akhir 2024, mengalami arus keluar selama sembilan kuartal berturut-turut.
Dari kawasan Asia Tenggara, pasar dana berkelanjutan di Thailand mencatat arus masuk sebesar US$573 juta pada kuartal keempat. Aliran masuk ini menjadi tertinggi sepanjang sejarah.
Sustainalytics mencatat perkembangan dana berkelanjutan di Thailand tak terlepas dari skema dana ESG yang diperkenalkan pada Desember 2023. Skema ini ini memberikan insentif pengurangan pajak penghasilan bagi investor di produk investasi berkelanjutan lokal.
Sepanjang 2024, dana berkelanjutan di kawasan Asia di luar Jepang (tanpa China) menarik aliran masuk dengan nilai total US$11,5 miliar. Sekitar 90% investasi mengalir ke strategi pasif.
“Dana pasif terus mendominasi, mencapai 72% dari total aset dana berkelanjutan di kawasan ini pada akhir tahun, melanjutkan tren kenaikan setelah melampaui dana aktif di awal 2024, saat itu mewakili 47% dari total dana berkelanjutan,” papar Sustainalytics.
Tren Global yang Kontras
Di tengah perkembangan arus masuk dana berkelanjutan di kawasan Asia, tren global justru memperlihatkan potret yang berseberangan.
Arus masuk ke dana berkelanjutan memang mencapai level tertinggi sepanjang tahun pada kuartal IV/2024, dengan nilai mencapai US$16 miliar secara global. Namun, net inflow dana berkelanjutan sepanjang 2024 turun signifikan dibandingkan dengan 2023.
Arus masuk dana berkelanjutan global mencapai puncaknya sebesar US$645 miliar pada 2021. Kemudian anjlok 75% pada 2022 di tengah inflasi tinggi dan perang Rusia-Ukraina.
Arus dana berkelanjutan tetap memperlihatkan ketahanan pada 2023 seiring dengan pemulihan pasar. Namun penyusutan kembali terpantau pada 2024, sementara pasar yang lebih luas tumbuh signifikan didorong oleh reli saham Amerika Serikat (AS).
“Sejumlah faktor telah mempengaruhi minat investor terhadap dana berkelanjutan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk kinerja strategi ESG yang rata-rata lebih rendah,” tulis Morningstar.
Terdapat pula kekhawatiran tentang praktik greenwashing yang mempengaruhi minat investasi di dana berkelanjutan. Selain itu, perubahan regulasi dan meningkatnya sentimen anti-ESG di AS turut menambah tekanan.
Morningstar turut mencatat bahwa penurunan inflow dana berkelanjutan dalam beberapa tahun terakhir kontras dengan berbagai survei yang menunjukkan bahwa minat investor terhadap investasi berkelanjutan yang tetap tinggi.
Menurut survei Morgan Stanley yang dirilis tahun lalu, 54% investor individu berencana meningkatkan investasi berkelanjutan mereka pada 2024, dan 77% tertarik pada investasi berkelanjutan.
Sementara itu, survei Voice of the Asset Owner yang dilakukan Morningstar Sustainalytics pada semester I/2024 menunjukkan bahwa investor makin mempertimbangkan faktor ESG dalam keputusan investasi mereka.
Adapun sebanyak 61% pemilik aset di Amerika Utara menyatakan bahwa ESG menjadi lebih relevan dalam lima tahun terakhir, dengan sebagian besar dari narasumber menganggap pertimbangan ESG sejalan dengan kewajiban fidusia mereka.