Bisnis.com, JAKARTA — Tempat pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif atau Refuse Derived Fuel (RDF) Plant Rorotan di Jakarta Utara yang diklaim terbesar di dunia siap beroperasi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah Khusus Jakarta Asep Kuswanto mengatakan saat ini RDF Plant telah memasuki tahap persiapan peralatan dan sistem sebelum pengoperasian awal.
Pembangunan RDF Plant Rorotan dimulai sejak Mei 2024 dengan biaya Rp 1,28 triliun dari APBD DKI Jakarta 2024. Fasilitas yang berdiri di atas lahan seluas 7,87 hektare ini mampu pengelolaan sampah dengan kapasitas 2.500 ton per hari.
Hasil dari pengolahan sampah RDF sebesar 35% hingga 40% menjadi produk RDF, kemudian sebesar 1% hingga 2% berupa material daur ulang seperti logam dan 15% residu seperti beling, kerikil, pasir, dan keramik, serta sisanya berupa air lindi dan kadar air yang menguap saat proses pengeringan.
RDF Plant Jakarta sudah didukung dengan teknologi mutakhir untuk memastikan proses pengolahan sampah berjalan sesuai standar lingkungan yang ketat.
Fasilitas ini dilengkapi dengan sistem pengendalian bau yang canggih termasuk deodorizer (pembersih disinfektan) dengan teknologi ozonisasi dan UV sterilization yang mampu menetralkan bau seperti amonia dan hidrogen sulfida melalui proses oksidasi.
Baca Juga
“Selain itu, filter karbon aktif juga digunakan untuk menyerap partikel bau yang tersisa,” ujarnya dilansir Antara, Kamis (13/2/2025).
Keberadaan fasilitas canggih pengolahan sampah modern ini dinilai dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan sampah yang semakin kompleks di Jakarta, dengan kapasitas pengolahan yang mencapai 2.500 ton per hari.
Selain sistem deodorizer, RDF Plant tersebut juga dilengkapi dengan teknologi cyclone dan wet scrubber untuk menyaring udara dari hasil pembakaran sebelum dilepaskan ke lingkungan. Teknologi ini memastikan bahwa udara yang keluar dari fasilitas sudah dinetralkan, sehingga tidak menimbulkan bau dan emisi yang membahayakan lingkungan.
Untuk menjaga kebersihan dan memastikan RDF Plant Jakarta beroperasi dengan standar tinggi, fasilitas ini juga memiliki sistem pengolahan air limbah dengan sistem tangki ekualisasi, tangki koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi, kolam anaerobik, tangki oksidasi, serta tangki filtrasi pasir agar air limbah hasil operasional dapat digunakan kembali untuk pencucian truk dan penyiraman tanaman di sekitar fasilitas.
Sebagai upaya menjaga kualitas udara, RDF Plant tersebut juga dilengkapi dengan Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) Mobile yang mampu memantau kualitas udara secara langsung dengan berbagai parameter, seperti PM 2.5, PM 10, CO, NO2, ozon, dan SO2.
“Selain itu, area sekitar fasilitas dibersihkan secara rutin menggunakan road sweeper dengan cairan karbol atau cairan penghilang bau untuk memastikan lingkungan selalu higienis. Kami juga menyediakan fasilitas pencucian truk agar kendaraan dalam kondisi bersih sebelum kembali ke pangkalan,” katanya.
RDF Plant Rorotan akan melayani 16 kecamatan di Jakarta, yakni seluruh kecamatan di Jakarta Utara, Jakarta Pusat (Cempaka Putih, Kemayoran, Johar Baru, dan Senen), dan Jakarta Timur (Cakung, Pulogadung, Duren Sawit, Jatinegara, Matraman, dan Makassar). RDF Plant Jakarta telah dirancang untuk memastikan operasionalnya berjalan secara optimal dengan meminimalkan dampak terhadap masyarakat sekitar.
RDF Plant Rorotan akan melengkapi RDF Plant Bantargebang, yang telah lebih dulu beroperasi. RDF Plant Bantargebang mengolah 2.000 ton sampah per hari termasuk 1.000 ton sampah lama dari zona tidak aktif TPST Bantargebang di Kota Bekasi, Jawa Barat.
Kedua fasilitas ini bertujuan untuk mengurangi beban TPST Bantargebang, yang setiap harinya menerima 7.200-7.700 ton sampah. Daya tampung TPST tersebut tetap sama sejak mulai beroperasi pada 1989 sehingga pengurangan beban menjadi sangat penting.
Dengan penggunaan teknologi canggih ini, RDF Plant Jakarta tidak hanya menjadi fasilitas terbesar di dunia, tetapi juga menjadi role model dalam pengelolaan sampah berkelanjutan. Kendati demikian, keberhasilan RDF Plant Jakarta sangat bergantung pada kolaborasi dan komitmen berbagai pihak, termasuk Pemerintah Daerah, industri, dan masyarakat.
“Ada sinergi yang kuat antara Pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan RDF Plant ini,” ucap Asep.