Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengatakan cuaca panas ekstrem menjadi salah satu faktor utama yang memicu kebakaran hutan dan lahan (karhutla), termasuk yang terjadi di Riau, baru-baru ini.
Ia menyebutkan data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa panas ekstrem melanda sejumlah wilayah dalam 10 hari terakhir. Selain itu, badai Wipha di Filipina telah memicu cuaca kering dan mudah terbakar.
“Ini memang ada panas ekstrem 10 hari terakhir, ditambah lagi ada badai Wipha yang melanda Filipina, sehingga pembentukan awan susah dan kemudian sangat kering. Maka itu mudah terbakar,” kata Raja Juli dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (22/7/2025), dikutip dari Antara.
Ia pun mengingatkan masyarakat Riau agar tidak melakukan land clearing atau pembakaran lahan dan hutan pada 22–28 Juli 2025.
“Data dari BMKG menunjukkan bahwa pada periode 22 sampai tanggal 28 Juli itu tingkat kemudahan terbakar di lapisan-lapisan atas permukaan tanah berpotensi mudah terbakar,” ujar Raja Juli.
Lebih lanjut, Raja Juli mengatakan penegakan hukum akan dilakukan tanpa pandang bulu kepada masyarakat maupun perusahaan yang membakar hutan dan lahan.
Baca Juga
“Jadi kepada masyarakat maupun perusahaan ada di Riau, saya sudah berkoordinasi dengan Kapolda, jangan berani-berani melakukan land clearing, membersihkan lahan untuk menanam dengan cara pembakaran, karena potensinya sangat luar biasa buruk,” ujar Raja Antoni.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat karhutla secara merata melanda 12 kabupaten/kota di Riau pada pertengahan Juli 2025. Kebakaran di Kabupaten Kampar dan Bengkalis menjadi yang terparah dengan luas lahan yang terdampak mencapai 100 hektare. Kemudian Kabupaten Rokan Hilir, Siak hingga Indragiri Hilir lebih dari 50 hektare.
Adapun luas lahan terbakar di Kota Pekanbaru seluas 21,08 hektare, bertambah 6 hektare dari laporan kejadian pekan sebelumnya dan api masih terus membara di kawasan terdampak.
Menyusul perkembangan ini, BNPB melaporkan telah melakukan berkoordinasi dengan Polda Riau, TNI, serta Satgas Karhutla setempat untuk menindak para pelaku, termasuk memastikan pembuktian di lokasi kejadian.
Upaya ini bersamaan dengan pengerahan pasukan pemadam di lapangan dan pelaksanaan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) tahap tiga yang ditujukan untuk menurunkan hujan di wilayah rawan guna mempercepat pemadaman dan mencegah kabut asap meluas.