Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Energi Terbarukan Dunia Sentuh US$728 Miliar, Indonesia Tumbuh 10%

Pertumbuhan investasi energi terbarukan di kawasan negara berkembang naik signifikan melampaui negara-negara maju
Ilustrasi energi terbarukan
Ilustrasi energi terbarukan

Bisnis.com, JAKARTA — Investasi energi terbarukan meningkat 8% pada 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, dengan nilai mencapai sekitar US$728 miliar.

Laporan bertajuk Renewable Energy Investment Tracker yang diterbitkan BloomberNEF ini turut menunjukkan adanya pergeseran tren investasi energi terbarukan. Pertumbuhan di pasar-pasar baru tercatat melampaui performa pasar yang lebih matang.

BloombergNEF mencatat banyak pasar tradisional energi terbarukan mengalami kontraksi sepanjang 2024. Investasi di Amerika Serikat turun 12% secara tahunan, sementara Inggris anjlok 68%.

Adapun investasi di negara-negara Uni Eropa mengalami penurunan 10% secara tahunan. Koreksi ini terutama disebabkan oleh perlambatan di wilayah Nordik, Polandia, dan Spanyol.

Perkembangan energi terbarukan di kawasan-kawasan tersebut tercatat menghadapi tantangan, khususnya dalam sektor angin lepas pantai (offshore wind), hambatan perizinan dan jaringan listrik, serta harga modul surya yang lebih murah.

“Ketidakpastian terkait masa depan insentif pajak juga menyebabkan investor lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi energi angin di Amerika Serikat,” tulis Meredith Annex dalam laporannya.

China yang kembali menjadi pasar energi terbarukan terbesar di dunia mencatatkan pertumbuhan investasi sebesar 6% secara tahunan. Penurunan biaya peralatan mengurangi pengeluaran per megawatt untuk energi angin dan surya di China. Sementara itu, tantangan perizinan turut memperlambat pengembangan sektor angin lepas pantai karena banyak proyek harus menghadapi proses panjang untuk mendapatkan persetujuan lokasi dari militer.

Beberapa pasar matang lainnya seperti Jerman, Belanda, Australia, dan Korea Selatan justru membukukan pertumbuhan investasi energi terbarukan.

Jerman mencatat kenaikan investasi sebesar 28%, didorong oleh reformasi perizinan dan investasi yang lebih kuat dalam sektor angin lepas pantai. Australia mencatat pertumbuhan serupa berkat kebijakan yang mendukung dan meningkatnya permintaan energi dari sektor korporasi.

Sebaliknya, sebagian besar pertumbuhan investasi energi terbarukan justru berasal dari pasar baru dan negara berkembang.

“Target energi terbarukan yang ambisius, faktor ekonomi yang menguntungkan, tantangan keandalan jaringan listrik, serta meningkatnya permintaan energi mendorong pertumbuhan ini,” kata Annex.

Investasi tenaga surya di Pakistan melonjak empat kali lipat menjadi US$16 miliar, sementara Turki mencatat peningkatan investasi tenaga surya sebesar 86% dibandingkan dengan 2023. Rumania, Azerbaijan, Mesir, dan Afrika Selatan secara kolektif mengantongi investasi energi angin sebesar US$6,3 miliar pada 2024, naik dua kali lipat daripada tahun sebelumnya.

Adapun investasi energi terbarukan di India naik 15%, sementara Asia Tenggara melonjak 37%. Investasi di semua pasar utama di kawasan ini mengalami peningkatan, seperti Filipina yang naik 45%, Malaysia naik 13$, Thailand tumbuh 70% dan Indonesia meningkat 10%.

Kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) mencatat investasi sebesar US$16 miliar, stagnan dibandingkan 2023 tetapi lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Adapun Uni Emirat Arab, Mesir, dan Aljazair masing-masing mencatat peningkatan investasi lebih dari US$1 miliar per tahun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper