Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahlil Ungkap Dilema RI Usai Trump Keluar dari Paris Agreement

Pengembangan energi terbarukan (EBT) di Indonesia diadang ketidakpastian dengan keputusan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari Paris Agreement
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan, Jakarta untuk menghadiri rapat terbatas bersama dengan Presiden Prabowo Subianto, mengenai kebijakan subsidi energi, Jumat (13/12/2024)/Bisnis-Dany Saputra.
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan, Jakarta untuk menghadiri rapat terbatas bersama dengan Presiden Prabowo Subianto, mengenai kebijakan subsidi energi, Jumat (13/12/2024)/Bisnis-Dany Saputra.

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengakui bahwa pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia diadang ketidakpastian dengan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik diri dari komitmen iklim Paris Agreement.

“Yang menginisiasi Paris Agreement perlahan-lahan sudah mulai mundur. Amerika sudah mulai mundur dari itu setelah mengkaji ulang. Tapi oke, kita kan bagian daripada konsensus global yang harus kita jalanin,” kata Bahlil di Jakarta, Kamis (30/1/2025). 

Kendati demikian, posisi Indonesia masih menjadi bagian dari konsensus global tersebut. Adapun, komitmen transisi energi bersih yang disepakati secara global pada 2016 itu telah memicu lembaga-lembaga keuangan dunia untuk membiayai proyek yang pendekatannya pada energi hijau. 

“Presiden Amerika baru terpilih langsung mundur barang ini? Mundur daripada Paris Agreement padahal salah satu yang mempelopori. Dia yang memulai, tapi engkau juga yang mengakhiri. Nah, kalau otaknya, kalau pemikirnya, negara yang memikirkan ini aja mundur, masa kita yang follower ini mau masuk pada jurang itu?” tuturnya. 

Dalam hal ini, Bahlil mengakui bahwa ongkos untuk pengembangan EBT lebih mahal dibandingkan energi yang emisi karbonnya masih tinggi. 

“Tapi waktu itu kan kita mau tidak mau harus ikuti konsensus itu dan itu kemudian menjadi satu hal yang harus dilakukan. Mulailah orang bangun [energi] air, matahari, angin, gas,” ujarnya. 

Bahlil menyebut, saat ini posisi Indonesia sangat dilematis mengikuti sentimen saat ini. Namun, dia menegaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto mengamanahkan dirinya untuk kedaulatan energi. 

Menurut dia, untuk mewujudkan kedaulatan energi, maka bukan berarti seluruh energi diganti menjadi EBT. Untuk itu, Indonesia saat ini masih terus melakukan perhitungan potensi energi hijau yang ada dari air, matahari, angin, geothermal, batu bara. 

“Jadi kalau pakai energi baru terbarukan itu bukan power plant [pembangkit listrik] yang dipindahin tapi bagaimana membangun transmisinya,” jelasnya. 

Untuk mendorong EBT, Bahlil mengungkap akan ada dua konsep yang dilakukan ke depannya yakni terkait pembangunan alat transmisi sebagai infrastruktur distribusi energi, serta nilai keekonomian dan tingkat cadangan bahan baku EBT nasional. 

“Tapi, saya pikir ada bagusnya juga untuk tetap kita memakai energi baru-barukan sebagai konsensus pertanggung jawaban kita sebagai mahluk sosial untuk mengamankan udara kita,” jelasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper