Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KALEIDOSKOP 2024: Dari Greenflation, Rekor Suhu Terpanas Bumi, hingga Kembalinya Donald Trump

Sejumlah catatan iklim dan ekonomi hijau ditorehkan sepanjang 2024, mulai dari mengemukanya istilah greenflation hingga kembalinya Donald Trump
Potret taksi yang terendam banjir di Jakarta pada 2020/Bloomberg-Dimas Ardian
Potret taksi yang terendam banjir di Jakarta pada 2020/Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah catatan iklim dan dinamika ekonomi hijau menandai perkembangan 2024, baik di Indonesia maupun di level global.

Tahun ini mencetak rekor sebagai tahun terpanas dalam sejarah. Target untuk mencegah kenaikan suhu rata-rata bumi di ambang batas 1,5 derajat celsius sebelum periode praindustri bahkan gagal dicapai.

Di Indonesia, diskursus mengenai transisi energi mengawali 2024 di tengah riuh pelaksanaan pemilihan presiden. Tema ini kembali kencang pada akhir tahun ketika Presiden Prabowo Subianto menyampaikan janji pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di hadapan negara-negara anggota G20.

Berikut adalah sejumlah peristiwa dan catatan terkait isu iklim dan ekonomi hijau sepanjang 2024 yang dihimpun Bisnis.

Ketka Gibran Sebut Greenflation dalam Debat Cawapres

Istilah greenflation sempat ramai dibicarakan pada Januari 2024 setelah Gibran Rakabuming Raka menyebutnya dalam salah satu pertanyaan yang dilontarkan dalam sesi debat calon wakil presiden (cawapres).

Gibran yang kala itu mewakili pasangan calon nomor urut 2 mengarahkan pertanyaan terkait greenflation kepada kandidat nomor urut 3 Mahfud MD.

“Bagaimana cara mengatasi greenflation? terima kasih," ucap Gibran kepada Mahfud MD.

Secara harfiah, greenflation memiliki arti inflasi hijau, yang diambil dari green (hijau) dan inflation (inflasi).

Mengacu pada Kamus Cambridge, greenflation diartikan sebagai "kenaikan harga akibat peralihan menuju ekonomi hijau". Greenflation ini kemudian merujuk pada kenaikan harga dan krisis tenaga kerja yang terjadi sebagai imbas dari transisi dan adaptasi energi ramah lingkungan dalam perekonomian hijau.

Paslon terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka
Paslon terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka

Transisi energi sendiri memerlukan investasi yang tidak sedikit. Perusahaan perlu berinvestasi lebih besar untuk mengadopsi energi bersih secara masif dalam aktivitas produksinya. Hal inilah yang kemudian memicu kenaikan harga ke tingkat konsumen.

Kekhawatiran terhadap greenflation ini pernah digaungkan oleh pejabat bank sentral Eropa atau European Central Bank (ECB) dua tahun lalu, saat Benua Biru tersebut memacu upaya transisi menuju energi hijau.

Isabel Schnabel, eksekutif ECB yang bertanggung jawab atas operasi pasar mengingatkan bahwa kebijakan untuk mengatasi perubahan iklim kemungkinan besar akan membuat harga-harga energi naik dan dapat memaksa ECB menarik stimulusnya lebih cepat daripada yang direncanakan.

”Transisi yang direncanakan dari bahan bakar fosil ke ekonomi rendah karbon yang lebih hijau menimbulkan risiko-risiko kenaikan yang dapat diukur pada proyeksi dasar inflasi kami dalam jangka menengah,” ungkap Schnabel dikutip dari Financial Times, Januari 2022.

Dalam kesempatan lain, Schnabel menjelaskan bahwa banyak perusahaan yang mengadaptasi proses produksi untuk mengurangi emisi karbon. Namun, sebagian besar teknologi ramah lingkungan membutuhkan sejumlah besar logam dan mineral, seperti tembaga, litium, dan kobalt selama masa transisi. Hal inilah yang memicu greenflation.

”Kendaraan listrik, misalnya, menggunakan lebih dari enam kali lebih banyak mineral daripada kendaraan konvensional. Pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai membutuhkan lebih dari tujuh kali lipat jumlah tembaga dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga gas,” jelasnya seperti dikutip ECB.

Schnabel juga mengatakan bahwa greenflation memiliki dampak yang jauh lebih kecil terhadap konsumen akhir dibandingkan dengan fossilflation, atau kenaikan harga akibat energi fosil.

”Oleh karena itu, adalah menyesatkan untuk menyatakan bahwa penghijauan ekonomi kita adalah penyebab kenaikan harga energi,” kata dia.

Indonesia Catat Suhu Harian Tertinggi dalam Sejarah

Rekaman Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperlihatkan bahwa Oktober 2028 menjadi bulan terpanas di Indonesia tahun ini. Lebih dari itu, rekor suhu maksimum harian di bulan ini juga menembus rekor sepanjang sejarah pencatatan BMKG.

Suhu maksimum harian mencapai rekor 38,4 derajat celsius, tercatat di Stasiun Meteorologi Gewayantana, Larantuka, Flores Timur pada Minggu (27/10/2024). BMKG menyebutkan suhu panas yang melanda hampir seluruh wilayah Indonesia pada Oktober 2024 dipicu oleh pergerakan semu matahari dan fenomena pemanasan global.

BMKG juga memprediksi bahwa 2024 akan menjadi tahun terpanas di Indonesia. Hal ini terlihat dari suhu panas bulanan pada 2024 yang konstan lebih panas dibandingkan rata-rata suhu dalam 30 tahun terakhir.

Rekor Suhu Terpanas Bumi

Selain Indonesia, 2024 dipastikan juga menjadi tahun terpanas dalam sejarah dunia, dengan suhu rata-rata bumi yang terus naik melampaui target ambang batas 1,5 derajat celsius sebelum periode praindustri (1850-1900).

Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO) melaporkan bahwa rata-rata suhu bumi pada kurun Januari-September 2024 lebih tinggi 1,54 derajat celsius dibandingkan dengan pada praindustri. Level kenaikan suhu ini berada di atas target Perjanjian Paris.

Laporan layanan iklim Copernius (Copernicus Climate Change Service/C3S) yang berbasis di Uni Eropa juga menunjukkan bahwa suhu rata-rata global pada November 2024 menembus 1,62 derajat celsius di atas ambang.

Suhu rata-rata ini menjadi yang tertinggi sejak pencatatan dimulai dan melampaui rekor sebelumnya yang jatuh pada November 2023, lapor Reuters. C3S telah mencatat suhu rata-rata bumi sejak 1940 dan membandingkannya dengan data global yang dimulai dari 1850.

Tahun 2024 memang diwarnai oleh sejumlah bencana iklim dan cuaca ekstrem, seperti kekeringan di Italia dan Amerika Selatan, banjir mematikan di Nepal, Sudan, dan Eropa, hingga gelombang panas di Meksiko, Mali, dan Arab Saudi yang menewaskan ribuan orang. Kajian ilmiah turut memberi konfirmasi kontribusi aktivitas manusia dalam bencana-bencana alam terkait perubahan iklim tersebut.

“Kita masih berada di teritorial di mana suhu berpotensi kembali mencetak rekor. Ini mungkin akan berlangsung selama beberapa bulan ke depan,” kata peneliti iklim Copernicus Julien Nicolas dikutip Reuters.

Kembalinya Donald Trump

Kembalinya presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam tampuk kepemimpinan langsung ditanggapi dengan kekhawatiran publik, terutama kelompok lingkungan, soal nasib target dan komitmen penurunan emisi global AS.

Pengusaha dan kandidat Partai Republik itu dikenal sebagai sosok yang tidak mempercayai perubahan iklim. Dia tercatat langsung mengumumkan keluarnya AS dari Perjanjian Paris ketika pertama kali menjabat pada 2017.

Presiden terpilih Donald Trump
Presiden terpilih Donald Trump

Pendekatan serupa diperkirakan akan kembali diadopsi Trump di periode keduanya sebagai presiden. Tim Transisi Trump disebut akan memutar balik kemudi sejumlah kebijakan iklim Joe Biden.

Reuters melaporkan bahwa Presiden terpilih Donald Trump telah berjanji untuk mencabut Undang-Undang Pengurangan Inflasi (Inflation Reduction Act) yang menjadi tonggak kebijakan iklim Joe Biden. Kebijakan ini sebelumnya dirancang untuk mengalokasikan sekitar US$400 miliar dalam bentuk belanja baru, pemotongan pajak, dan insentif guna mempercepat transisi AS menuju ekonomi berbasis energi hijau.

Janji Pensiun Dini PLTU Batu Bara Indonesia

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan janji optimistis soal penurunan emisi karbon Indonesia dan pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara dalam KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil pada November 2024.

Prabowo menyampaikan target Indonesia untuk mencapai net zero emission sebelum 2050 melalui sejumlah upaya, seperti peningkatan penggunaan biodiesel dan konversi PLTU ke energi baru terbarukan.

“Kami juga memiliki sumber daya panas bumi yang luar biasa, dan kami berencana untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara dan semua pembangkit listrik tenaga fosil dalam 15 tahun ke depan. Kami berencana untuk membangun lebih dari 75 gigawatt tenaga terbarukan dalam 15 tahun ke depan,” jelasnya.

Sebagai salah satu negara dengan hutan tropis terluas di dunia, Prabowo saat itu turut menyampaikan bahwa Indonesia berperan signifikan dalam menjaga keseimbangan iklim global. Prabowo menekankan pentingnya komitmen berkelanjutan untuk mengimbangi peran hutan dalam menjaga suhu global.

“Indonesia terbuka untuk mengoptimalkan prospek 557 juta ton kredit karbon. Kami juga memiliki kapasitas penyimpanan karbon terbesar, dan kami tawarkan ini kepada dunia,” ujarnya.

Analisis terbaru dari lembaga think tank Ember mengungkap bahwa target pemensiunan dini PLTU batu bara pada 2040 yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto bisa dicapai melalui adopsi bertahap energi terbarukan.

Untuk mencapai target tersebut, Ember memperkirakan Indonesia harus menurunkan kapasitas PLTU batu bara sebesar 3 gigawatt (GW) setiap tahunnya. Pada saat yang sama, kapasitas energi baru terbarukan (EBT) perlu ditambah sebesar 8 GW per tahun sampai 2040 sehingga baurannya mencapai 65%.

Ember turut menyebutkan bahwa strategi tersebut perlu diikuti dengan integrasi penyimpanan baterai sebesar 4 GWh per tahun sampai 2040. Hal ini akan memungkinkan Indonesia memaksimalkan penggunaan tenaga surya seiring dengan beban puncak listrik pada malam hari.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper