Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah memberikan pekerjaan rumah besar untuk perusahaan pelat merah penyedia jasa kelistrikan PT PLN (Persero) untuk mencapai keberhasilan transisi energi dalam rangka mengurangi emisi karbon Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengemukakan PLN menjadi kunci keberhasilan transisi energi, terutama dalam penyediaan infrastruktur energi baru terbarukan (EBT).
“Ini kuncinya kita membangun infrastruktur transmisi, ini tugas Pak Suroso [Direktur PLN]. Karena otoritas kunci yang bisa menjamin keberhasilan penggunaan energi terbarukan hanya PLN. Ini harus dicatat. Ini keluar di laporan OECD,” kata Airlangga dalam pidato kuncinya di Bisnis Indonesia Economic Outlook 2025, Selasa (10/12/2024).
Airlangga mengemukakan bahwa Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat besar, termasuk di antaranya pembangkit listrik tenaga air di Kalimantan Utara dengan kapasitas mencapai 10 gigawatt (GW) dan energi bertenaga panas bumi dari lokasi-lokasi seperti Sumatra, Jawa dan Bali.
Di sisi lain, dia turut menyebutkan soal potensi penyediaan energi dari hasil hilirisasi komoditas. Salah satunya adalah bauran biosolar berbasis sawit dalam program B35 yang telah berjalan dan B40 yang dimulai pada 2025.
“Selain bisa menjaga harga [sawit] dengan mempertahankan demand, kita bisa kurangi emisi karbon setara 30 juta ton CO2. Jadi ini sesuai dengan target kita, menurunkan emisi CO2,” katanya.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Manajemen Risiko PLN Suroso Isnandar dalam kesempatan yang sama mengatakan transisi energi di sektor kelistrikan menjadi salah satu kunci dalam mencapai target nol emisi karbon atau net zero emission (NZE) 2060.
Tanpa transisi energi dengan pengurangan secara bertahap bauran energi berbasis batu bara, Suroso mengatakan emisi karbon sektor ketenagalistrikan Indonesia dapat menembus 1,05 miliar CO2 pada 2060.
“Pada 2060 harapannya emisi mencapai nol dengan cara mengurangi secara bertahap pasokan listrik dari PLTU batu bara,” kata Suroso.