Bisnis.com, JAKARTA – Kebutuhan dana untuk pemulihan lahan terdegradasi dunia dan pencegahan perluasan area gurun diestimasi mencapai US$2,6 triliun hingga akhir dekade ini.
Angka estimasi ini merupakan hasil perhitungan terbaru dari Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Melawan Desertifikasi (UNCCD). Badan PBB tersebut akan menggelar pertemuan di Riyadh, Arab Saudi pekan ini.
Sekretaris Eksekutif UNCCD Ibrahim Thiaw dalam wawancaranya dengan Reuters mengemukakan kebutuhan dana yang besar tidak terlepas dari makin intensnya kekeringan di tengah perubahan iklim. Kondisi tersebut makin kompleks seiring dengan kebutuhan pangan yang terus bertambah.
“Jika tindakan tidak diambil, masyarakat akan menghadapi risiko ketidakstabilan,” kata Ibrahim, dikutip Senin (2/12/2024).
Thiaw mengemukakan kebutuhan investasi sebesar US$1 miliar per hari harus datang dari sektor swasta. Saat ini, lanjutnya, sebagian besar pendanaan untuk pemulihan lahan terdegradasi berasal dari dana publik, padahal penyebab utama degradasi lahan adalah produksi pangan yang dikuasai sektor swasta.
“Hanya 6% dari dana yang diperlukan untuk rehabilitasi lahan rusak saat ini berasal dari sektor swasta,” ujarnya.
Baca Juga
Di tengah kondisi lahan yang terdegradasi dan populasi yang terus bertambah, kebutuhan pangan dunia diperkirakan harus naik dua kali lipat di lahan yang sama. Investasi sektor swasta akan menjadi kunci untuk mencapai target tersebut.
Pertemuan di Arab Saudi ini berlangsung setelah serangkaian konferensi PBB lainnya, termasuk pertemuan tentang keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan plastik. Dalam semua agenda ini, kurangnya pendanaan menjadi isu utama. Untuk mencapai target US$2,6 triliun, dunia harus menutup kesenjangan pendanaan tahunan sebesar US$278 miliar, setelah nilai investasi hanya menyentuh US$66 miliar pada 2022.
Studi PBB yang dirilis Minggu lalu menyebutkan bahwa degradasi lahan telah "merusak kemampuan bumi untuk menopang umat manusia," dan kegagalan membalikkan tren ini akan menjadi tantangan bagi generasi mendatang. Saat ini, sekitar 15 juta kilometer persegi lahan — lebih besar dari Antartika — telah terdegradasi, dan angkanya meningkat 1 juta kilometer persegi per tahun.
Meskipun banyak negara telah berkomitmen untuk melindungi sekitar 900 juta hektare lahan, target yang lebih ambisius sebesar 1,5 miliar hektare perlu ditetapkan, dengan percepatan pelaksanaan.
Thiaw memperingatkan bahwa kegagalan pemulihan lahan terdegradasi akan merusak upaya paralel PBB untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan melindungi keanekaragaman hayati. Sebagai catatan, sektor pertanian menyumbang 23% emisi gas rumah kaca, 80% deforestasi, dan 70% penggunaan air tawar global.
“Pendanaan yang kita bicarakan bukanlah amal. Ini bukan investasi untuk Afrika yang miskin, tetapi investasi untuk menjaga keseimbangan dunia,” katanya.