Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wadirut Beberkan Penerapan Prinsip ESG di Bank Mandiri (BMRI) dan Tantangannya

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar mengatakan sebagai bank BUMN, perseroan ikut mendukung upaya mencapai net zero emission pada 2060.
Senior Vice President ESG Group Bank Mandiri Citra Amelya (kanan), Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar (tengah), dan  Vice President ESG Group Bank Mandiri Adam Zahir di Jakarta, Kamis (18/7/2024)/Bisnis-Annisa S. Rini
Senior Vice President ESG Group Bank Mandiri Citra Amelya (kanan), Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar (tengah), dan Vice President ESG Group Bank Mandiri Adam Zahir di Jakarta, Kamis (18/7/2024)/Bisnis-Annisa S. Rini

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memiliki sejumlah program dan inisiasi dalam penerapan prinsip environmental, social, and governance (ESG), baik yang dilakukan secara internal maupun berkolaborasi dengan berbagai pihak.

Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Alexandra Askandar mengatakan sebagai bank BUMN, perseroan ikut mendukung upaya mencapai net zero emission pada 2060.

Xandra, sapaan akrabnya, menyebutkan misi Bank Mandiri dalam mendukung upaya itu terdiri dari dua misi besar, yaitu net zero emission in operation pada 2030 dan net zero emission in financing pada 2060.

Untuk mencapai misi tersebut, terdapat tiga pilar strategi yang ditetapkan oleh Bank Mandiri. "Pertama, sustainable banking, lalu sustainable operation, dan ketiga adalah sustainable beyond banking," jelasnya di Jakarta, Kamis (18/7/2024).

Xandra merinci, dalam pilar sustainable banking, perseroan melakukan berbagai inisiatif dan program yang mengintegrasikan ESG ke dalam proses bisnis serta mengembangkan produk keuangan berkelanjutan, seperti green loan, green bond, pembiayaan untuk solar panel serta kendaraan listrik.

Untuk pilar sustainable operation, Bank Mandiri telah melakukan sejumlah program untuk mengurangi emisi karbon dalam kegiatan operasional.

"Mulai dari penggunaan kendaraan operasional berbasis EV [electric vehicle] secara bertahap, menggunakan solar panel di kantor cabang, dan pada 2022 kami sudah mengkonversi 241 cabang menjadi smart branch yang berbasis digital," jelasnya.

Lebih jauh, Xandra menjelaskan untuk pilar sustainable beyond banking terkait dengan program pemberdayaan masyarakat, yang pada akhirnya mendukung pencapaian SDGs, termasuk inklusi keuangan.

Perseroan melanjutkan dan menyempurnakan program-program tanggung jawab sosial lingkungan yang sudah ada untuk mengimplementasikan ESG di bawah pilar sustainable beyond banking, seperti Wira Usaha Mandiri, Mandiri Sahabatku, serta pembiayaan KUR.

Tak hanya itu, pada 2022 Bank Mandiri mendirikan unit ESG di bawah pengawasan Alexandra yang berfungsi sebagai control tower untuk memastikan implementasi aspek ESG ke dalam bisnis dan operasional. Tujuan utama perseroan adalah memastikan inisiatif ESG juga dapat diimplementasikan untuk nasabah sembari menyeimbangkan risiko dan peluang secara efektif.

Dalam melibatkan nasabah, lanjutnya, Bank Mandiri telah mengembangkan ESG Desk dalam unit Corporate Banking dengan dua fungsi utama, yaitu Client Center yang menawarkan solusi keuangan berkelanjutan yang inovatif.

Kemudian, Incubator for Expertise untuk membangun keahlian, dengan membentuk pondasi yang kuat terutama bagi para Relationship Manager untuk berinteraksi secara efektif dengan klien.

Bersama dengan ESG Desk, Bank Mandiri menyelenggarakan Forum Group Discussion (FGD), workshop, seminar untuk klien seperti PLN Group, Pertamina Group, Semen Indonesia Group, Sinarmas Group, dan klien korporat besar lainnya.

"Bank Mandiri juga mengadakan banyak pelatihan dan workshop secara internal, yang bertujuan agar semua Relationship Manager dapat secara aktif mengimplementasikan isu ESG dalam diskusi harian mereka dengan klien, dibandingkan 3 tahun yang lalu di mana fokus diskusi masih pada aspek bisnis seperti sumber pembayaran dan struktur kredit," jelasnya.

Tantangan ESG

Adapun, dalam penerapan prinsip ESG dan mendukung target Indonesia untuk mencapai net zero emission, Xandra menyebutkan terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi. "Tantangan terbesar adalah menyeimbangkan antara peluang dan kepatuhan terhadap regulasi," ucapnya.

Dia mencontohkan saat ini dalam pembiayaan ke proyek-proyek hijau belum banyak pilihannya. Hal ini disebabkan karena investasi untuk proyek hijau ini dinilai masih mahal.

Biaya yang dikeluarkan saat ini dipandang lebih besar ketimbang manfaat jangka pendek. "Padahal kita meyakini bahwa manfaat jangka panjangnya jelas dan nyata."

Tantangan lainnya adalah bagaimana mendorong para stakeholders untuk bertransisi ke arah yang bersifat hijau. Xandra mengatakan diharapkan ada kebijakan yang memberikan insentif bagi pelaku usaha yang telah memulai program transisi dan juga diinsentif untuk pelaku usaha yang masih menghasilkan emisi tinggi.

'Kami bersama teman-teman tim ESG terus ikut menyuarakan hal ini kepada pemerintah, khususnya kementerian yang terkait dan juga ke OJK, supaya kita bisa sama-sama menjaga dan juga nanti terdapat kebijakan yang benar-benar mendukung ke arah ini," tutup Xandra.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper