Bisnis.com, JAKARTA - Kapasitas pembangkit listrik tenaga batu bara global telah meningkat ke rekor tertinggi pada 2023. Kenaikan ini didorong oleh sejumlah negara seperti China, India dan Indonesia.
Hal tersebut diungkapkan oleh laporan dari Global Energy Monitor. Pada tahun lalu, dalam laporan tersebut, disebutkan bahwa kapasitas pembangkit listrik batu bara dunia meningkat 2% menjadi 2.130 gigawatt. China menyumbang sekitar dua pertiga dari peningkatan tersebut, diikuti oleh Indonesia dan India.
China diketahui telah memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara berkapasitas 70 gigawatt pada 2023, hampir 20 kali lebih besar dibandingkan dengan gabungan seluruh negara lain di dunia.
Peningkatan kapasitas ini menunjukkan China masih sangat mengandalkan batu bara untuk keamanan energi, setelah menghadapi serangkaian kurangnya pasokan listrik yang berdampak buruk pada perekonomian pada 2021 dan 2022.
Kemudian, walaupun para pejabat mengatakan bahwa pembangkit listrik tersebut akan digunakan untuk menyeimbangkan pembangkit listrik dari tenaga angin dan surya, nyatanya pembangunan ini telah menimbulkan pertanyaan bagi komitmen iklim China, dan upaya untuk menghentikan penggunaan komoditas batu bara.
“Lonjakan pengembangan pembangkit listrik tenaga batu bara baru-baru ini China sangat kontras dengan tren global, sehingga membahayakan target iklim China pada tahun 2025,” jelas analis di Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih, Qi Qin, seperti dikutip oleh Bloomberg pada Kamis (11/4/2024).
Baca Juga
Menurut laporan, di tahun lalu China telah menambah lebih dari 47 gigawatt kapasitas batu bara dan hanya memberhentikan 3,7 gigawatt. Sementara itu, Indonesia menambah kapasitas pembangkit listrik sebesar 5,9 gigawatt dan India 5,5 gigawatt, termasuk beberapa pembangkit listrik untuk mendukung industri pengolahan logam yang sedang berkembang, sementara India meningkatkan kapasitasnya sebesar 5,5 gigawatt.
Di lain sisi, kapasitas global di luar China juga telah meningkat untuk pertama kalinya sejak 2019. Hal ini terjadi karena didorong oleh sedikitnya pembangkit listrik tenaga batu bara yang ditutup, dalam lebih dari satu dekade.