Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bayer Gelontorkan Investasi Jumbo di Sektor Pertanian di Klaten

Bayer berinvestasi setidaknya sebesar 1,5 juta euro atau setidaknya Rp25 miliar untuk pusat penelitian pertanian seluas 9 hektar di Juwiring, Klaten.
Bayer berinvestasi sebesar 1,5  juta euro atau setidaknya Rp25 miliar untuk pusat penelitian pertanian seluas 9 hektar yang berfokus untuk penelitian, teknologi, dan akademi di daerah Juwiring, Klaten. /Jessica Gabriela-Bisnis
Bayer berinvestasi sebesar 1,5  juta euro atau setidaknya Rp25 miliar untuk pusat penelitian pertanian seluas 9 hektar yang berfokus untuk penelitian, teknologi, dan akademi di daerah Juwiring, Klaten. /Jessica Gabriela-Bisnis

Bisnis.com, KLATEN - Bayer berinvestasi setidaknya sebesar 1,5  juta euro atau setidaknya Rp25 miliar untuk pusat penelitian pertanian seluas 9 hektar yang berfokus untuk penelitian, teknologi, dan akademi di daerah Juwiring, Klaten.

Senior Field Agronomist PT Bayer Indonesia Nico Alfredo menjelaskan bahwa Bayer berinvestasi sebesar 1,5 juta euro untuk bangunan, belum dengan pengeluaran jumlah orang yang dipekerjakan dan pengeluaran dalam sehari-harinya.  

“[1,5 miliar euro] hanya untuk bangunan. Belum dengan investasi yang dikeluarkan setiap harinya,” tuturnya pada Sabtu (24/2/2024).

Tempat penelitian tersebut dinamakan Bayer JUARA (Juwiring Agriculture Research and Academy), yang menjadi pusat riset dan pengembangan pertanian terbesar kedua Bayer di Asia Tenggara. JUARA diresmikan pada 15 Agustus 2023 lalu.

Lahan JUARA tersebut merupakan lahan yang disewa perusahaan dari petani. Terdapat 42 petani yang dikontrak oleh Bayer untuk lahan seluas 9 hektar tersebut. Tenaga kerja di JUARA per harinya sebesar 25 orang yang datang dari masyarakat lingkungan sekitar, di luar dari security. 

JUARA juga dijadikan untuk 200 uji coba teknologi setiap tahunnya meliputi pengujian dan evaluasi teknologi pertanian seperti benih jagung bioteknologi dan produk biologis. 

Hasil panen dari penelitian tersebut sebagian besar dimusnahkan mengingat hasil dari pertanian masih dalam tahap uji coba. 

“Dan itu juga salah satu alasan kenapa kita mendirikan riset di sini, supaya kita bisa atur hasil panen yang, mana yang boleh kita share ke pertanian di sekitar, mana yang harus kita hancurkan,” jelas Niko

Di lain sisi Head of Communications, Public Affairs, Science & Sustainability, Bayer Indonesia, Laksmi Prasvita juga menuturkan bahwa petani sangat menunggu berbagai teknologi dan inovasi, khususnya dari para petani muda. 

Adapun, bioteknologi generasi pertama baru diperkenalkan di Indonesia ketika Brazil sudah mengenal bioteknologi generasi keempat. 

“Kita sekarang kan masih impor kedelai, impor jagung, impor segala macam. Sebenarnya bisa diproduksi di Indonesia Kalau teknologinya tersedia yang kita bisa compete, berkompetisi dengan petani-petani muda di Brazil dan Argentina,” tuturnya.

Untuk itu, menurutnya kerjasama dengan pemerintah juga perlu diingatkan untuk mempercepat pengenalan teknologi, untuk kemajuan pertanian Indonesia yang juga disuarakan oleh para petani muda. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper