Bisnis.com, JAKARTA — Sektor perbankan menghadapi risiko yang makin besar akibat penyaluran kredit ke sektor-sektor dengan intensitas penggunaan air yang tinggi dan berisiko menghadapi pasokan air yang ketat. Namun, hanya 3% dari total kredit senilai US$600 miliar yang disalurkan ke sektor-sektor ini pada 2024 mengalir ke peminjam yang mengungkapkan tingkat penggunaan air dalam aktivitas mereka.
Analisis Bloomberg Intelligence terhadap 60 bank global mengungkapkan bahwa hanya sedikit aliran pinjaman yang diberikan kepada debitur yang melaporkan intensitas penggunaan air dan risiko stres air (water stress).
Dari deretan bank yang dianalisis, Bank of America dan JPMorgan memiliki portofolio kredit ke sektor-sektor dengan penggunaan air intensif paling beragam, seperti pertanian, tekstil, minuman, kimia, minyak dan gas, pengolahan makanan, pembangkit listrik, dan baja. Sementara itu, Kuwait Finance House dan Saudi National Bank tercatat memiliki eksposur kredit tertinggi ke sektor-sektor tersebut, masing-masing sebesar 51% dan 47% dari total pinjaman.
“Total pinjaman pada 2023 mencapai US$467 miliar, dan ini mencerminkan risiko yang lebih besar bagi sektor perbankan karena banyak perusahaan yang beroperasi di wilayah dengan tingkat pasokan air yang ketat,” tulis Bloomberg Intelligence.
Bank-bank ini tercatat membiayai sektor-sektor yang konsumsi airnya mencapai 267 juta meter kubik pada 2023. Gangguan pada pasokan air dapat menghambat operasional perusahaan, mulai dari rantai pasok hingga sistem pendingin, yang pada akhirnya meningkatkan risiko gagal bayar.
Salah satu contohnya adalah Bank of America, JPMorgan, Barclays, dan Citigroup yang menjadi bookrunner dalam pembiayaan ulang (refinancing) senilai US$1,5 miliar untuk Archer-Daniels Midland pada 2023. Perusahaan ini melaporkan bahwa stres air dapat mengganggu produksi dan menimbulkan kerugian hingga US$640 juta.
Baca Juga
Dari hampir US$500 miliar pinjaman yang disalurkan ke sektor-sektor dengan penggunaan air tinggi pada 2023, sektor minyak dan gas menerima porsi terbesar, yakni US$116 miliar (25%). Sektor pembangkit listrik menyusul sebesar US$109 miliar (23%) dan sektor kimia sebesar US$86 miliar (18%).
Ketiga sektor tersebut juga memimpin daftar peminjam yang mengungkapkan penggunaan air maupun risiko stres air, dengan nilai total sebesar US$80 miliar. Kontribusi pembangkit listrik sebesar 38%, kimia 25%, dan minyak dan gas 20%.
Namun, ketiganya mengalami penurunan tingkat pengungkapan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sektor pembangkit listrik turun 44%, kimia turun 55%, dan minyak dan gas turun 41%. Hanya sektor agribisnis yang mengalami peningkatan.
Mizuho memimpin penyaluran pinjaman ke sektor pembangkit listrik sebesar US$7 miliar, tetapi hanya 2% yang disertai pengungkapan penuh. JPMorgan memimpin di sektor kimia dengan US$7 miliar, dengan tingkat pengungkapan 15%.
Sementara itu, Bank of America memimpin di sektor minyak dan gas dengan penyaluran sebesar US$15 miliar, tetapi hanya 4% disertai pengungkapan.
“Kesenjangan antara skala pinjaman dan transparansi ini menunjukkan adanya jurang yang terus berlangsung dalam mengukur risiko air,” tulis Bloomberg Intelligence.