Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Indonesia bersama bersama beberapa mitra internasional menandatangani kesepakatan finalisasi pembiayaan untuk Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Saguling di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Penandatanganan kesepakatan ini dilakukan oleh para mitra utama, yakni PT Indo ACWA Tenaga Saguling selaku pengembang, PLN Indonesia Power, dan DEG lembaga pembiayaan dari Jerman, Proparco dari Prancis, hingga Standard Chartered dari Inggris.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan komitmen Indonesia dalam mendorong transisi energi yang adil dan berkelanjutan terus diwujudkan oleh Pemerintah, salah satunya melalui kemitraan Just Energy Transition Partnership (JETP) yang merupakan upaya bersama antara Pemerintah Indonesia dan International Partners Group (IPG) termasuk Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ).
Pembentukan JETP Indonesia yang diluncurkan pada 2022 tersebut bertujuan memobilisasi pendanaan untuk mempercepat transisi energi ramah lingkungan di Indonesia dan memfasilitasi penerapan energi yang ramah lingkungan dan terjangkau sehingga dapat memberikan manfaat signifikan bagi perekonomian Indonesia.
Dalam rangka implementasi kemitraan tersebut, akan dilakukan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Saguling yang dikembangkan oleh PLN Indonesia Power dan ACWA Power. Pendanaan untuk pengembangan, kontruksi, hingga pengoperasian akan dilakukan oleh lembaga pembiayaan pembangunan Jerman DEG, lembaga pembiayaan pembangunan Prancis PROPARCO, dan Standard Chartered Bank. Proyek tersebut memobilisasi US$60 juta untuk JETP Indonesia sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendanaan untuk mempercepat transisi energi yang inklusif.
"Investasi di PLTS Terapung Saguling bukan sekadar proyek pembangkit listrik tenaga surya. Ini merupakan simbol semangat kolaboratif antara Pemerintah Indonesia, masyarakat internasional, dan sektor swasta untuk mempercepat transisi menuju energi bersih sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," ujarnya dikutip dari laman Kemenko Perekonomian, Selasa (29/4/2025).
Baca Juga
Berlokasi di Jawa Barat, PLTS terapung yang dibangun di atas Waduk Saguling seluas 95 hektare itu ditargetkan mulai beroperasi pada pertengahan 2026. PLTS Saguling bakal memiliki kapasitas 60 MWac (Mega Watt Alternating Current) dengan total investasi US$104,95 juta.
Pembangkit listrik tersebut memiliki kapasitas terpasang sebesar 92 MWp dan diharapkan dapat mengurangi emisi karbon dalam sistem ketenagalistrikan di Indonesia setidaknya hingga 63.100 ton per tahun. Selain itu, pengembangan PLTS Terapung Saguling juga disinyalir akan mampu meningkatkan produksi listrik dari tenaga surya di Indonesia hingga sekitar 13%.
Dia mengapresiasi atas kepercayaan dan dukungan dari para investor dan lembaga keuangan internasional seperti DEG dari Jerman, PROPARCO dari Prancis, dan Standard Chartered Bank dari Inggris yang telah menunjukkan keyakinannya terhadap potensi energi terbarukan di Indonesia.
Pemerintah Indonesia akan terus berkomitmen untuk dapat mendorong terciptanya iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan energi terbarukan. Reformasi regulasi, pemberian insentif, dan penguatan kemitraan antara sektor publik dan swasta menjadi bagian integral dari strategi nasional untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060 mendatang.
"Saya ingin mengajak semua pihak untuk terus memperkuat kolaborasi, terus berinovasi, dan menjaga semangat optimisme dalam perjalanan kita menuju masa depan energi yang bersih, berkelanjutan, dan adil bagi Indonesia," katanya.
Duta Besar Prancis untuk Indonesia Fabien Penone mengatakan Proparco, anak usaha untuk sektor swasta dari Badan Pembangunan Prancis (AFD) telah menyetujui komitmen pembiayaan 450 juta euro atau sekitar Rp8,61 triliun untuk proyek transisi energi melalui skema JETP.
"Badan Pembangunan Prancis (French Development Agency) telah menyetujui 450 juta euro dari total komitmen sebesar 500 juta euro," katanya
Sementara, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey menambahkan proyek PLTS Terapung Saguling merupakan bagian dari realisasi investasi senilai US$1,1 miliar atau sekitar Rp18,44 triliun dalam kerangka JETP yang sudah disetujui sejauh ini.
Pemerintah Inggris sendiri tengah menyiapkan jaminan pembiayaan senilai US$1 miliar dalam beberapa minggu ke depan. Jaminan ini ditujukan untuk mendukung Indonesia dalam mencapai tujuan keamanan energi dan transisi menuju energi bersih.
Selain itu, sekitar 20 proyek JETP lainnya sedang dalam proses dan nilai totalnya mencapai sekitar US$5 miliar setiap negara anggota IPG.
"Sekitar 20 proyek JETP lainnya saat ini sedang dalam proses, dengan nilai masing-masing sekitar US$5 miliar per negara anggota. Inggris pun menantikan penandatanganan jaminan JETP senilai US$1 miliar dalam beberapa pekan ke depan, sebagai bentuk dukungan terhadap target transisi energi Indonesia," tuturnya.
Menurutnya, proses transisi energi yang saat ini dilakukan Indonesia terus menunjukkan perkembangan dan Inggris juga berkomitmen untuk mendukung upaya transisi energi yang dilakukan Indonesia, salah satunya melalui kemitraan strategis JETP.
Untuk diketahui, Pemerintah Kanada, Denmark, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Norwegia, dan Uni Eropa membentuk IPG yang berkomitmen untuk mendukung JETP Indonesia melalui pendanaan pembangunan. Selanjutnya, IPG tersebut bekerja sama dengan GFANZ yang merupakan koalisi global dimana terdiri dari lembaga-lembaga keuangan terkemuka. Pada awal tahun 2025, Jerman mengambil alih kepemimpinan IPG di JETP Indonesia bersama Jepang.
Melalui kelompok kerja yang dibentuk oleh GFANZ, lembaga keuangan terkemuka seperti Standard Chartered, berkomitmen untuk memobilisasi pendanaan swasta dan memfasilitasi investasi guna mendukung transisi energi Indonesia bersama dengan IPG. Kolaborasi IPG dan sejumlah lembaga keuangan tersebut akan memobilisasi pendanaan hingga US$20 miliar