Bisnis.com, JAKARTA — Total kapasitas energi terbarukan global sampai akhir 2024 mencapai 4.448 gigawatt (GW), naik 585 GW atau 15,1% dibandingkan dengan kapasitas tahun sebelumnya, berdasarkan laporan Badan Energi Terbarukan Internasional (International Renewable Energy Agency/IRENA).
Dari tambahan kapasitas tersebut, energi surya menjadi sektor yang berkontribusi paling besar terhadap kenaikan kapasitas. IRENA mencatat tambahan sektor ini mencapai 451,9 GW pada 2024 dengan sumbangan dari China menembus 278 GW dari total ekspansi.
Sebaliknya, kapasitas energi panas bumi atau geothermal bertambah paling sedikit dibandingkan dengan sumber terbarukan lainnya seperti tenaga air, angin dan bioenergi. Sepanjang 2024, tambahan kapasitas energi panas bumi hanya sekitar 380 megawatt (MW) sehingga menjadi 15.427 MW secara global.
Dari tambahan tersebut, Selandia Baru menjadi kontributor ekspansi terbesar dengan tambahan kapasitas sebesar 225 MW, dari 1.050 MW pada 2023 menjadi 1.275 pada akhir 2024.
Indonesia menempati peringkat kedua dengan tambahan kapasitas energi panas bumi sebesar 90 MW sepanjang 2024. Tambahan tersebut membuat total kapasitas geothermal Indonesia di angka 2.688 MW atau yang terbesar kedua secara global setelah Amerika Serikat (AS) yang memiliki kapasitas total 2.703 MW.
Sementara itu, Filipina yang memiliki kapasitas terpasang energi panas bumi terbesar ketiga tercatat tidak melakukan penambahan sepanjang 2024. Total kapasitas geothermal di negara tersebut bertengger di angka 1.952 MW.
Baca Juga
Laporan IRENA juga mencatat bahwa peningkatan kapasitas energi terbarukan cenderung timpang secara geografis seperti tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan kapasitas masih berpusat di Asia dengan kontribusi ekspansi terbesar berasal dari China. Negeri Panda tercatat menyumbang 64% dari total penambahan kapasitas tahun lalu.
Sementara itu, Amerika Tengah dan Karibia menyumbang paling sedikit, hanya 3,2% dari total ekspansi global. Di antara negara-negara ekonomi utama, negara-negara G7 menyumbang 14,3% dari kapasitas baru, sedangkan G20 berkontribusi 90,3%.