Bisnis.com, JAKARTA — Bank investasi dengan dana kelolaan terbesar di dunia, BlackRock, menempati peringkat teratas sebagai manajer aset dengan dana kelolaan berlabel berkelanjutan dan environment, social and governance (ESG) pada 2024.
Mengutip laporan Morningstar Sustainalytics, dana kelolaan Blackrock dalam reksa dana dan ETF yang berfokus pada ESG mencapai US$422,7 miliar pada pengujung 2024. Dana kelolaan ini didukung oleh tambahan inflow sebesar US$15,13 miliar.
Peringkat kedua ditempati oleh UBS dengan nilai US$180,1 miliar. Sepanjang tahun lalu, UBS melaporkan adanya outflow pada dana kelolaan berbasis ESG sebesar US$553 juta.
Selanjutnya di peringkat ketiga adalah Amundi dengan dana kelolaan sebesar US$178,4 miliar. Manajer aset asal Prancis ini melaporkan outflow pada dana kelolaan ESG-nya dengan nilai menembus US$2,80 miliar, terbesar di antara lima perusahaan teratas dari sisi besaran aset yang dikelola.
DWS asal Jerman tercatat mengelola aset berbasis ESG senilai US$103,5 miliar hingga akhir 2024 dan menempati peringkat keempat. Sepanjang tahun lalu, DWS melaporkan adanya inflow dana ESG sebesar US$1,78 miliar.
Peringkat kelima ditempati oleh Swisscanto dengan nilai dana kelolaan US$98,7 miliar. Perusahaan ini turut melaporkan adanya inflow sebesar US$11,32 miliar.
Baca Juga
Secara kumulatif, aset berbasis keberlanjutan yang dikelola manajer investasi menyentuh US$3,2 triliun pada kuartal IV/2024. Nilai ini turun dari US$3,3 triliun pada kuartal sebelumnya dan terkoreksi lebih dalam dibandingkan dengan Morningstar Global Market Index yang turun 1,3%.
“Kuartal keempat adalah periode beralihnya narasi, dengan pemilihan presiden di Amerika Serikat, dolar yang menguat, inflasi tak berkesudahan, dan sikap hati-hati The Fed dalam memangkas suku bunga,” tulis Sustainalytics.
Terlepas dari koreksi kuartalan, Morningstar Sustainalytics mencatat posisi nilai aset ESG pada 2024 merupakan rekor tertinggi baru sejak 2018. Nilai pada akhir 2024 juga merepresentasikan pertumbuhan 8% dibandingkan dengan nilai pada 2023.
Sepanjang 2024, terdapat 311 dana berkelanjutan baru yang diluncurkan, turun dibandingkan dengan 572 peluncuran sepanjang 2023.
Sustainalytics mencatat penurunan ini mengindikasikan normalisasi dalam aktivitas pengembangan produk berkelanjutan setelah tiga tahun mengalami pertumbuhan tinggi. Pertumbuhan sebelumnya sebagian besar didorong oleh kawasan Eropa, di mana hampir setiap perusahaan manajemen aset berlomba membangun portofolio dana berkelanjutan utama untuk memenuhi permintaan yang meningkat.
“Manajer aset kini lebih selektif dan taktis dalam pendekatan mereka terhadap peluncuran produk. Selain itu, regulasi, meningkatnya sentimen anti-ESG, dan tuduhan greenwashing yang terus berlanjut membuat manajer aset lebih berhati-hati dalam meluncurkan produk berkelanjutan,” lapor Sustainalytics.