Bisnis.com, JAKARTA — Harga kakao, bahan baku cokelat, masih bertahan tinggi setelah sempat naik hingga tiga kali lipat pada akhir 2024. Penurunan produksi dari pemasok terbesar menjadi faktor utama penyebab lonjakan harga ini.
Berdasarkan data Bloomberg, harga kakao untuk kontrak Mei 2025 di Intercontinental Exchange (ICE) ditutup menyentuh US$10.538 per ton pada Kamis (13/2/2025). Harga ini 112,37% lebih tinggi dibandingkan dengan posisi setahun sebelumnya di level US$4.962 per ton. Harga kakao sempat menyentuh rekor pada pertengahan Desember 2024 di level US$12.193 per ton.
Kenaikan harga kakao secara nyata telah memukul sejumlah perusahaan terkemuka. Perusahaan cokelat seperti Mondelez International Inc. dan Hershey Co. telah menyuarakan kekhawatiran mereka soal biaya produksi yang makin tinggi. Penjualan cokelat di Amerika Utara bahkan turun untuk pertama kalinya pada 2024 karena harga cokelat dan permen yang naik.
Di tengah perkembangan ini, riset terbaru dari lembaga independen Climate Central mengungkap bahwa perubahan iklim berisiko memperburuk kondisi produksi di Afrika Barat, pemasok 70% kakao global.
“Perubahan iklim, yang terutama dipicu oleh pemakaian bahan bakar fosil, membuat intensitas suhu panas di empat negara Afrika Barat meningkat. Wilayah ini memasok 70% kakao global, bahan baku utama cokelat,” tulis Climate Central, dikutip Jumat (14/2/2025).
Analisis terhadap suhu maksimum harian dalam sedekade terakhir menunjukkan bahwa perubahan iklim telah menambah setidaknya tiga minggu dengan suhu di atas 32°C setiap tahun.
Baca Juga
Kenaikan suhu ini terpantau selama musim panen kakao yang jatuh pada Oktober-Maret di Pantai Gading dan Ghana. Sebagai catatan, pohon kakao tumbuh optimal di kisaran suhu 20-32°C.
“Meski terdapat faktor lain yang mempengaruhi produksi pohon kakao seperti curah hujan dan infeksi serangga, panas berlebihan dapat menurunkan jumlah dan kualitas hasil panen. Hal ini berpotensi meningkatkan harga cokelat global dan mempengaruhi perekonomian lokal Afrika Barat,” sambung laporan tersebut.
Selain meningkatkan intensitas panas di wilayah produksi kakao, perubahan iklim juga mengubah pola hujan di Afrika Barat. Pola curah hujan yang tidak merata dapat menyebabkan stres pada pohon kakao dan mengganggu proses pembungaan.
Curah hujan yang terlalu tinggi dalam waktu singkat dapat menyebabkan genangan air di lahan, sehingga menghambat penyerapan oksigen oleh akar. Hujan deras juga dapat menyebabkan kerontokan bunga, sehingga mengurangi jumlah hasil panen.