Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemanasan Global Bikin Suhu Panas dan Salju di Alaska Menghilang

Pada awal Desember, National Weather Service (NWS) mengeluarkan peringatan potensi banjir dan kemacetan es akibat mencairnya es.
Citra sebelah kiri kondisi negara bagian Alaska saat diambil gambar pada 22 Januari 2024, sedangkan citra sebelah kanan kondisi negara bagian Alaska saat diambil gambar pada 26 Januari 2025. /dok: Nasa
Citra sebelah kiri kondisi negara bagian Alaska saat diambil gambar pada 22 Januari 2024, sedangkan citra sebelah kanan kondisi negara bagian Alaska saat diambil gambar pada 26 Januari 2025. /dok: Nasa

Bisnis.com, JAKARTA — Citra Satelit NASA mengungkapkan laju pemanasan global yang tajam di Alaska membuat salju menghilang dan meninggalkan tanah kosong.

Citra diambil instrumen Moderate Resolusi Imaging Spectroradiometer (Modis) di satelit Terra dan Aqua milik NASA.
Dikutip dari Earth Observatory NASA, cuaca hangat yang tidak sesuai musimnya pada musim dingin pada akhir 2024 hingga 2025 membuat berkurangnya salju di sebagian negara bagian Alaska, salah satunya Bristol Bay Borough di Alaska selatan yang biasanya beku.

Sejak Desember 2024, suhu di seluruh negara bagian Alaska berada 5 derajat Fahrenheit hingga 10 derajat Fahrenheit atau sekitar 3 derajat Celcius hingga 6 derajat Celcius di atas normal dimana menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) dengan daerah terpencil mengalami anomali yang lebih besar.

“Suhu yang hangat menyebabkan salju dan es yang ada mencair dan curah hujan baru turun sebagai hujan,” tulis NASA dikutip Selasa (10/2/2025).

Pada awal Desember, National Weather Service (NWS) mengeluarkan peringatan potensi banjir dan kemacetan akibat mencairnya es.

Kondisi hangat dan pencairan berlanjut hingga Januari 2025 dimana saat itu hanya sedikit salju yang menempel di dataran rendah dekat King Salmon, Alaska. Rerata kedalaman salju bulan Januari sebesar 33 sentimeter antara tahun 1998 dan 2025. Namun tahun ini, hampir tidak ada salju di tanah.

Lonjakan suhu di bawah nol derajat melanda Alaska bagian selatan pada tanggal 27 Januari dan berlangsung hingga tanggal 30 Januari. Suhu yang lebih hangat dari rata-rata diperkirakan akan kembali terjadi pada awal bulan Februari, menurut prakiraan setempat.

Seiring meningkatnya suhu di planet ini, wilayah Arktik seperti Alaska mengalami laju pemanasan dramatis. Suhu meningkat hingga empat kali lebih cepat dari wilayah lain di dunia. Selain itu, kondisi cuaca tidak biasa di Pasifik Utara memicu gelombang panas laut di Amerika Utara musim dingin ini.

Perubahan iklim semakin menggerogoti es laut di wilayah tersebut yang berfungsi sebagai perisai pelindung yang memantulkan sinar Matahari kembali ke luar angkasa. Namun fenomena ini, dikenal sebagai efek albedo. Mencairnya es laut membuat perairan lebih gelap yang justru menyerap lebih banyak sinar Matahari.'

Saat Bumi menghangat, wilayah Arktik berubah dari lemari es planet jadi radiator. Ha ini menyebabkan lapisan salju Alaska yang terkumpul di musim dingin dan mencair di musim semi, menyusut. Pengurangan lapisan salju yang dramatis akan mengancam gletser di sana dan membawa badai lebih kuat. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper