Bisnis.com, BOGOR - PT PLN Enjiniring berencana memasang teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage (CCS) untuk empat pembangkit listrik yang berlokasi di Pulau Jawa mulai 2040.
Empat pembangkit yang dimaksud yaitu PLTU Suralaya (batu bara) Unit 1-7, PLTU Indramayu (batu bara) Unit 1-3, PLTGU Tambak Lorok (gas) Block 1-2, PLTU Tanjung Jati B (batu bara) Unit 1-4.
Presiden Direktur PLN Enjiniring Chairani Rachmatullah mengatakan, dari total 52 unit PLTU yang ada di Indonesia saat ini, pihaknya melakukan studi dan memilih secara sistem kelistrikan untuk memasang CCS pada PLTU prioritas yang dinilai strategis secara teknologi termal dan layak dipertahankan.
"Ini sudah kepilih untuk di Jawa ada empat lokasi. Nah, empat lokasi ini kita akan dulukan menjadi pilot project, tapi nanti totalnya ada 19 GW," kata Chairani saat ditemui usai agenda Understanding Carbon Capture and Storage (CCS) dikutip Minggu (19/1/2025).
Dia menerangkan bahwa PLTU tersebut merupakan pembangkit dengan 5% co-firing biomasa. Hal ini seiring dengan upaya PLN untuk mengurangi emisi karbon lewat penggunaan energi baru terbarukan (EBT).
Tak hanya itu, dia juga mengungkap bahwa PLTU baru dari kontrak PLN dengan independent power producer (IPP) yang telah ditandatangani sebelum komitmen Paris Agreement terkait Net Zero Emission pun akan dipasang CCS.
Baca Juga
"Kita merencanakan akan ada PLTU yang terpasang CCS atau CCUS pada tahun 2040, tahun 2030 sudah mulai masuk ke pilihan teknologinya sehingga eksekusi 2040 kita harapkan sudah ada 2 gigawatt yang terbangun," ujarnya.
Lebih lanjut, dia menyebutkan tak hanya pemasangan teknologi CCS/CCUS untuk mereduksi emisi karbon, pihaknya juga terus melakukan pengembangan pembangkit EBT lainnya.
"Memang perlu waktu untuk development-nya. Kalau kita ikut roadmap-nya, PLN terus tambah pembangkit EBT, tahun lalu kita resmikan pembangkit Jatigede, terus akan menyusul PLTA lain, demikian juga PLTS, IKN sudah mau diresmikan yang 50 MW, Jatigede, Asahan," tuturnya.
Di sisi lain, CCS merupakan upaya perseroan untuk menekan emisi karbon, selain melakukan phase out atau pemberhentian bertahap pengoperasian PLTU. Dalam hal ini, pihaknya menyebut pensiun dini PLTU dapat dilakukan pada pembangkit yang sudah dapat mengoptimalkan potensi EBT dan tidak menimbulkan gangguan layanan kelistrikan.
"Tapi kalau dia akan menimbulkan gangguan dari keandalan listrik disana maka PLN mengusulkan tidak early retirement tidak disuntik mati tapi di ikuti aja sesuai umurnya, walaupun dia ngikutin sesuai umurnya pun bebannya terus diturunkan, sambil kita nambah pembangkit renewable di sekitar sana," pungkasnya.