Bisnis.com, JAKARTA – Permintaan batu bara diperkirakan akan terus meningkat dan mencapai rekor baru setiap tahunnya sampai 2027 menurut estimasi Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA). Meski demikian, hal ini tak lantas menyurutkan aliran investasi pada perusahaan-perusahaan di sektor energi terbarukan (EBT).
Investor institusional kakap seperti BlackRock tercatat aktif mengoleksi saham-saham Indonesia dalam portofolio mereka. Tak terkecuali pada korporasi yang berkecimpung di sektor energi terbarukan.
Berikut adalah rekam kepemilikan saham emiten EBT BlackRock sebagaimana dicatat oleh Bloomberg Terminal.
PT Pertamina Geothermal Tbk. (PGEO)
BlackRock tercatat masih mengoleksi 7,10 juta saham emiten panas bumi PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) pada awal 2025 berdasarkan data Bloomberg Terminal. Bank investasi ini tercatat pertama kali masuk ke jajaran pemegang saham PGEO pada September 2023, tak lama berselang dari peluncuran bursa karbon pada 27 September 2023.
Meski demikian, volume tersebut turun signifikan dibandingkan dengan posisi akhir kuartal III/2024 ketika BlackRock masih menggenggam 114,32 juta saham PGEO. Jika diakumulasi, BlackRock telah melepas 107,22 juta saham PGEO sepanjang kuartal IV/2024.
Baca Juga : Aksi BlackRock CS di Emiten Top ESG Indonesia, Lepas Ratusan Juta Saham di Pertamina Geothermal (PGEO) |
---|
Data Bloomberg Terminal juga mengungkap bahwa modal rata-rata yang disiapkan BlackRock untuk membeli saham PGEO atau average cost basis per share berada di Rp1.192,71 per saham. Sementara itu, sampai penutupan perdagangan Rabu (8/1/2025), saham PGEO dibanderol di harga Rp900 per saham atau telah turun 4,26% secara year to date (ytd).
Berdasarkan laporan Sustainalytics, perusahaan asal Amsterdam yang menilai level keberlanjutan perusahaan terbuka, nilai ESG teranyar PGEO berada di angka 7,11. Angka itu menempatkan PGEO sebagai perusahaan dengan skor ESG teratas di antara 647 perusahaan di sektor utilitas. Secara keseluruhan, PGEO menempati peringkat 63 dari 15.080 korporasi dunia yang diperingkat Sustainalytics.
Adapun operasional PGEO meliputi Kamojang, Lahendong, Ulubelu, Karaha, dan Lumut Balai. Perusahaan menghasilkan sebagian besar pendapatannya dari wilayah Kamojang. Per September 2024, total produksi energi dari Kamojang mencapai 1.311,86 GWh atau naik 2,38% dibandingkan dengan 1.281,33 GWh pada periode Januari-September 2023.
Secara total, produksi energi PGEO per September 2024 mencapai 3.597 GWh atau naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3.586 GWh. Realisasi tersebut juga lebih tinggi dari target perusahaan di angka 3.460 GWh.
PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN)
BlackRock tercatat tak ketinggalan dalam euforia emiten Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN). Perusahaan yang bermarkas di New York itu bahkan menempati peringkat teratas investor asing pemegang saham BREN.
Data Bloomberg memperlihatkan bahwa total saham BREN yang digenggam BlackRock meningkat dari hanya 738.400 lembar pada akhir kuartal 1/2024 menjadi 130,41 juta lembar per Januari 2025, dengan average cost basis per share Rp7.947,66 per saham. Adapun hingga penutupan perdagangan 7 Januari 2025, saham BREN telah menguat 11,35% ytd menjadi Rp10.450.
BREN membukukan pendapatan sebesar US$441,29 juta pada Januari-September 2024. Realisasi itu turun tipis 0,89% year-on-year (YoY) dari US$445,27 juta pada periode yang sama 2023.
Lebih terperinci, Barito Renewables Energy mengantongi pendapatan dari penjualan listrik US$202,96 juta, penjualan uap US$91,38 juta, biaya manajemen US$37.000, penjualan karbon kredit US$1.000, pendapatan sewa operasi US$117,18 juta, dan pendapatan sewa pembiayaan US$29,72 juta.
Manajemen BREN menyampaikan penurunan tipis dalam pendapatan terutama disebabkan oleh penurunan produksi dari bisnis geotermal akibat gangguan di unit 2 Darajat.
Meski begitu, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih BREN masih mampu naik 1,88% YoY dari US$84,47 juta pada 9 bulan 2023 menjadi US$86,06 juta pada periode yang sama 2024.
PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO)
BlackRock tercatat masih mempertahankan kepemilikan saham di emiten milik Garibaldi ‘Boy’ Thohir PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO), bahkan setelah perusahaan tersebut melepas bisnis batu baranya melalui penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO) anak usaha PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI).
Per Januari 2025, BlackRock mengempit 528,22 juta saham ADRO. Volume ini lebih rendah dari posisi kuartal III/2024 di angka 557,73 juta lembar. Adapun average cost basis per share atau modal rata-rata yang dirogoh BlackRock untuk mengakumulasi saham ADRO adalah sebesar Rp686,57 per lembar.
Sebagaimana diketahui, Manajemen ADRO sebelumnya menuturkan spin-off bisnis batu bara diharapkan akan membantu AADI dan pilar bisnis nonbatu bara termal untuk meningkatkan fokus pengembangan dan kinerja. Pemisahan ini juga akan membantu bisnis hijau ADRO untuk mendapatkan akses terhadap sumber pembiayaan yang lebih banyak dan biaya pendanaan yang lebih kompetitif.
Selain itu, ADRO mengharapkan spin-off bisnis batu bara memberikan akses yang lebih baik pada proyek-proyek ramah lingkungan dengan partner bisnis potensial peringkat atas, serta memberikan opsi investasi yang lebih banyak pada investor publik untuk berinvestasi sesuai dengan minat dan pandangannya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.