Bisnis.com, JAKARTA – Produsen inverter asal China, Ningbo Deye Technology Co., berencana menanamkan investasi senilai US$150 juta atau sekitar Rp2,40 triliun untuk membangun fasilitas produksi pembangkit listrik bertenaga surya di Malaysia.
Dalam pengumuman di Bursa Shanghai pada Senin (16/12/2024), perusahaan tersebut menyatakan akan mendirikan anak usaha di Malaysia untuk memproduksi peralatan fotovoltaik dan penyimpanan energi. Namun realisasi investasi ini masih memerlukan persetujuan dari pemerintah China dan Malaysia.
“Dengan situasi internasional dan kondisi perdagangan yang terus berubah, kebutuhan akan kapasitas produksi di luar negeri makin mendesak. Pembentukan anak usaha di Malaysia akan membantu perusahaan memperluas pasar internasional dan merespons dampak buruk dari kondisi makro serta perdagangan global secara lebih fleksibel,” ujar perusahaan itu dikutip Bloomberg.
Seiring meningkatnya tekanan perdagangan, banyak perusahaan China beralih ke negara-negara Asia Tenggara untuk menghindari pembatasan produk dan bea masuk tinggi yang diterapkan oleh Amerika Serikat (AS).
Meski demikian, Washington belakangan mulai memberlakukan bea masuk tinggi untuk produk panel surya dari Asia Tenggara untuk melindungi industri dalam negerinya.
Sebagaimana diketahui, Amerika bakal menerapkan bea masuk antidumping (BMAD) hingga 271% untuk impor panel surya dari sejumlah produsen asal Asia Tenggara.
Baca Juga
Temuan awal Departemen Perdagangan AS mengindikasikan bahwa panel surya dari Kamboja, Malaysia, Thailand dan Vietnam telah dijual dengan harga yang tidak adil di pasar AS karena mendapat dukungan pemerintah di negara asal.
Penyelidikan ini secara spesifik menyasar crystalline silicon photovoltaic cells atau PV. Investigasi antidumping sendiri merupakan upaya terbaru produsen AS dalam menghadapi pesaing dari luar negeri.
Ini bukan kali pertama AS menerapkan bea masuk tinggi untuk impor panel surya. Mereka telah menerapkan bea masuk serupa untuk impor panel surya asal China 12 tahun lalu. Langkah protektif tersebut lantas direspons China dengan mengalihkan produksi ke negara-negara Asia lain yang tidak menjadi sasaran tarif.
Berdasarkan tindakan yang diumumkan Jumat (29/11/2024), impor dari Kamboja dikenakan tarif deposit tunai sebesar 117,12%.
Untuk Malaysia, tarif awal berkisar dari 17,84% untuk Jinko Solar Technology Sdn. Bhd. hingga 81,24% untuk pemasok lainnya. Hanwha Q Cells Malaysia Sdn. Bhd. dinilai tidak memiliki margin dumping dan diberikan tarif deposit awal sebesar 0%.
Impor dari berbagai eksportir asal Vietnam, termasuk JA Solar Vietnam Co. Ltd., Jinko Solar (Vietnam) Industries Company Ltd., Boviet Solar Technology Co., Ltd., dan Trina Solar Energy Development Company Ltd., menghadapi tarif deposit tunai yang berkisar antara 53,19% hingga 56,4%. Eksportir di Vietnam yang tidak disebutkan oleh Departemen Perdagangan dikenakan tarif sebesar 271,28%.
Keputusan final dalam kedua penyelidikan perdagangan tersebut diperkirakan keluar pada April 2025, dan tarif awal yang dinilai dapat dinaikkan, diturunkan, atau bahkan dibatalkan sebagai hasil dari investigasi.