Bisnis.com, JAKARTA – Analisis terbaru dari lembaga think tank Ember mengungkap bahwa target pemensiunan dini (PLTU) batu bara pada 2040 yang disampaikan Presiden Prabowo Subianto bisa dicapai melalui adopsi bertahap energi terbarukan.
Untuk mencapai target tersebut, Ember memperkirakan Indonesia harus menurunkan kapasitas PLTU batu bara sebesar 3 gigawatt (GW) setiap tahunnya. Pada saat yang sama, kapasitas energi baru terbarukan (EBT) perlu ditambah sebesar 8 GW per tahun sampai 2040 sehingga baurannya mencapai 65%.
Ember turut menyebutkan bahwa strategi tersebut perlu diikuti dengan integrasi penyimpanan baterai sebesar 4 GWh per tahun sampai 2040. Hal ini akan memungkinkan Indonesia memaksimalkan penggunaan tenaga surya seiring dengan beban puncak listrik pada malam hari.
“Dengan permintaan listrik yang diproyeksikan tumbuh sekitar 5% per tahun, Indonesia membutuhkan energi bersih untuk memenuhi kebutuhan sektor industri dan komersialnya,” tulis Ember dalam riset yang dirilis Rabu (4/12/2024).
Ember juga menyebutkan peningkatan energi surya yang dikombinasikan dengan baterai penyimpanan dapat memberikan peluang yang signifikan, terutama karena Perusahaan Listrik Negara (PLN) berencana untuk mengakomodasi lebih banyak penggunaan EBT yang bervariasi melalui jaringan listrik pintar yang terkoneksi secara digital.
Adapun rancangan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk 2024-2033 memproyeksikan penambahan kapasitas gas sebesar 22 GW dan kapasitas nuklir sebesar 5 GW, yang mengindikasikan adanya alternatif lain selain batu bara.
Baca Juga
Selain itu, target Kemitraan Transisi Energi Berkeadilan (JETP) yang tercantum dalam dokumen Comprehensive Investment and Policy Plan (CIPP) 2023 lebih menekankan peran EBT, dengan porsi yang lebih besar pada tenaga surya, angin, panas bumi, bioenergi, dan hidro pada 2040.
Target ini berarti Indonesia dapat memenuhi proyeksi kebutuhan listrik sebesar 806 TWh pada 2040, jika pangsa EBT mencapai 65%. Tenaga surya akan menyumbang 20%, angin 11%, dan EBT lainnya—seperti nuklir, panas bumi, bioenergi, dan hidro—akan mencapai 34%.
“Bahan baku untuk komponen baterai menjadi kekuatan utama Indonesia dalam mendukung kapasitas penyimpanan energi terbarukan. Hal ini menghadirkan potensi besar untuk mengintegrasikan energi surya dengan baterai, yang akan memfasilitasi transisi menuju ekonomi hijau,” kata Analis Senior Kebijakan Ketenagalistrikan untuk Asia Tenggara di Ember Dinita Setyawati.
Manajer Komunikasi Ember untuk Asia Rini Sucahyo mengemukakan ambisi Indonesia untuk memensiunkan PLTU pada 2040 merupakan langkah signifikan mengingat posisi Indonesia sebagai pembangkit listrik tenaga batu bara terbesar kelima di dunia. Dia berpendapat realisasi target tersebut bisa dicapai melalui ekspansi EBT dan perumusan kebijakan transisi yang adil.
“Ini adalah tantangan yang berat, tetapi merupakan peluang bagi Indonesia untuk mewujudkan perekonomian yang berkelanjutan dan juga berpotensi mengubah penggunaan batu bara global,” katanya.
Sebagaimana diketahui, Presiden Prabowo Subianto mengumumkan di KTT G20 di Brasil bahwa Indonesia akan menghentikan penggunaan bahan bakar batu bara secara bertahap hingga 2040. Selain itu, Utusan Khusus Presiden untuk COP29 Hashim Djojohadikusumo juga menegaskan target Indonesia untuk menambah kapasitas energi terbarukan sebesar 75 GW pada 2040.