Bisnis.com, JAKARTA — Gelaran COP29 di Baku, Azerbaijan dinilai kurang menaruh perhatian pada isu mitigasi iklim di sektor pangan dan petanian. Hal ini tecermin dari minimnya diskusi mengenai pendanaan iklim di sektor tersebut.
Penyaluran pendanaan iklim untuk pangan dan pertanian tercatat masih minim meski sektor ini menjadi yang paling terdampak perubahan iklim. Dampak tersebut terutama dirasakan oleh petani skala kecil.
Analisis Climate Focus sebagaimana diwartakan Bloomberg menyebutkan hanya 14% dari US$9,1 miliar dana mitigasi iklim sektor pertanian disalurkan untuk petani kecil. Ketimpangan makin terlihat jika mempertimbangkan alokasi 3% dari total pendanaan iklim publik yang dicurahkan untuk sektor pangan.
Petani skala kecil atau berskala keluarga tercatat memasok lebih dari sepertiga pangan dunia. Di kawasan Asia dan Afrika, kontribusi petani Kecil bahkan mencapai 80%.
“Pendanaan yang ada saat ini sangat kecil. Padahal pangan bukan isu kecil dalam pembahasan iklim. Ia adalah kebutuhan mendasar untuk masa depan planet kita,” kata Sara Farley, wakil presiden portofolio pangan global di Rockefeller Foundation.
Isu pangan sejatinya telah masuk dalam agenda pembicaraan iklim pada COP28 di Dubai tahun lalu. Namun fokus pada dampak iklim terhadap sektor pangan justru meredup di COP29.
Baca Juga
Pada Hari Pangan, Pertanian, dan Air di COP29, negara-negara diharapkan berjanji memasukkan target pengurangan emisi metana dari limbah organik, termasuk sisa makanan. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) juga akan segera mengeluarkan panduan teranyar menuju net zero di sektor pangan.
Selain itu, presidensi COP29 Azerbaijan memperkenalkan inisiatif Harmoniya Climate Initiative for Farmers untuk mendorong pendanaan dan kolaborasi di sektor pertanian. Namun, menurut Dhanush Dinesh, yang telah mengikuti 17 COP sebelumnya, inisiatif seperti ini sering kali tidak menghasilkan perubahan nyata.
“Alih-alih menghabiskan upaya diplomatik setiap tahun untuk menciptakan inisiatif baru demi pencitraan, fokus seharusnya diarahkan pada menyalurkan pendanaan, teknologi, dan kapasitas langsung kepada petani,” kata Dinesh, pendiri Clim-Eat yang bekerja pada solusi pangan.
“Pada akhirnya, emisi dari sistem pangan tidak menurun dan ketahanan petani yang berada di garis depan juga tidak membaik,” tambahnya.
Harapan kini beralih ke COP30 tahun depan yang akan diadakan di Brasil. Sebagai negara agraris besar sekaligus rumah bagi Amazon, hutan tropis penyerap karbon daratan terbesar di dunia, Brasil diharapkan memberikan perhatian pada sistem pangan dan bioekonomi, termasuk emisi metana dari ternak, nitrogen dari pupuk, dan deforestasi.
“Kami mengantisipasi COP yang multidimensional, tidak hanya mencakup isu pangan tetapi juga dimensi sosial, deforestasi, dan konversi lahan,” kata Sara Farley.