Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daftar Isu COP29 Azerbaijan, Apa Saja?

COP29 di Azerbaijan akan membahas sejumlah isu penting, seperti pasar karbon, pendanaan iklim hingga transisi energi
Ibu kota Azerbaijan, Baku, bersiap menjadi tuan rumah Konferensi Iklim PBB atau COP ke-29 pada 11-22 November 2024/COP29.
Ibu kota Azerbaijan, Baku, bersiap menjadi tuan rumah Konferensi Iklim PBB atau COP ke-29 pada 11-22 November 2024/COP29.

Bisnis.com, JAKARTA — Delegasi-delegasi dari hampir 200 negara akan memulai serangkaian negosiasi dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau COP29 pada Senin (11/11/2024) sampai 22 November 2024 di Baku, Azerbaijan.

Pertemuan ini bakal membahas berbagai isu mendesak terkait krisis iklim, mulai dari pasar karbon, pendanaan reparasi lingkungan sampai transisi energi

COP atau Conference of the Parties adalah konferensi tahunan yang mempertemukan negara-negara anggota yang meratifikasi United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Kerangka kerja sama ini terbentuk pada 1992 di Rio de Janeiro, Brasil. Kehadiran UNFCCC sekaligus menjadi penanda dimulainya komitmen negara-negara dunia dalam mengurangi dampak negatif aktivitas manusia terhadap sistem ekologi bumi.

Tahun ini, giliran Baku ibu kota Azerbaijan yang menjamu para delegasi. Ini adalah kali pertama konferensi iklim di gelar di kawasan Kaukasus, sebuah wilayah geografis antara Eropa Timur dan Asia Barat.

Adapun COP28 yang digelar di Dubai, Uni Emirat Arab tahun lalu telah menghasilkan sejumlah kesepakatan kunci seperti komitmen transisi energi dari bahan bakar fosil dan kesepakatan pendanaan untuk kerugian dan kerusakan akibat krisis iklim.

Sejumlah isu kunci terkait krisis iklim dan target penurunan emisi menjadi fokus COP29 tahun ini. Namun tema paling krusial yang digadang-gadang mendominasi negosiasi adalah aspek finansial. Sebagaimana dilaporkan Reuters, komitmen negara-negara maju untuk memobilisasi pendanaan hingga US$100 miliar bagi negara yang rentan terdampak krisis iklim kembali memperlihatkan realisasi minim. Negara-negara ekonomi maju diperkirakan kembali menekankan bahwa sumber pendanaan tidak bisa bersumber dari anggaran internal mereka.

Isu lain yang turut menjadi sorotan adalah komitmen untuk beralih dari bahan bakar fosil. Sejak komitmen transisi dari bahan bakar fosil disepakati di Dubai tahun lalu, ekspor komoditas ini justru meningkat dan titik-titik baru produksi minyak telah mendapat lampu hijau di negara-negara seperti Amerika Serikat, Namibia, dan tuan rumah Azerbaijan. Komitmen transisi sumber energi dari batu bara, minyak dan gas dari negara dan korporasi global juga belum memperlihatkan arah yang jelas.

Pembahasan mengenai pasar karbon juga diperkirakan mengemuka di Baku. Peraturan mengenai mekanisme perdagangan kredit karbon diharapkan disepakati dalam COP kali ini guna menjamin transparansi.

Pendanaan kerugian dan kerusakan akibat bencana iklim tak luput menjadi sorotan. Sejak COP27 di Mesir, sekitar US$660 juta telah dimobilisasi untuk ditampung dalam Fund for Repsonding to Loss and Damage. Dana ini akan digunakan untuk mengkompensasi kerugian ekonomi dan lingkungan di negara-negara yang rentan bencana iklim seperti banjir, badai dan kekeringan. Namun, nominal tersebut diperkirakan masih jauh dari kata ideal dan negara-negara terdampak akan kembali meyuarakan tuntutan kenaikan komitmen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper