Bisnis.com, JAKARTA - Produk investasi berbasis Environment, Social and Governance (ESG) dan berkelanjutan di Indonesia masih dipandang sebelah mata.
CEO PT BNP Paribas Asset Management, Maya Kamdani mengatakan mayoritas masyarakat Tanah Air menganggap tingkat pengembalian (return) produk investasi ESG masih kalah saing dibandingkan investasi tradisional.
“Cara pandang tersebut perlu diubah,” kata Maya dalam keterangannya, dikutip Jumat (9/8/2024).
Dia menjelaskan produk investasi berbasis ESG dan berkelanjutan memiliki perbedaan yang mendasar dengan investasi tradisional. Salah satunya dalam hal kriteria pengukuran.
Maya mengutip hasil studi Morningstar pada 2023 yang mencatat investasi berbasis ESG memiliki tingkat pengembalian yang lebih rendah dibandingkan dengan produk investasi tradisional dalam periode jangka pendek atau kurang dari setahun.
Adapun, tingkat pengembalian investasi berbasis ESG baru bisa dirasakan dalam jangka panjang mulai dari 3-5 tahun atau lebih. Bahkan, angka return bisa lebih tinggi dibanding investasi tradisional.
Baca Juga
“Investasi berbasis ESG bisa dilihat sebagai alat bantu memitigasi risiko, agar misalnya risiko kontroversinya minim,” ujarnya.
BNP Paribas Asset Management meluncurkan reksadana BNP Paribas Indonesia ESG Equity. BNP Paribas Indonesia ESG Equity merupakan reksa dana berbasis ESG ke empat yang diluncurkan perusahaan manajer investasi ini.
Sejauh ini, BNP Paribas Indonesia ESG Equity cenderung menempatkan investasinya pada saham-saham dari emiten yang memiliki kepedulian tinggi dan menerapkan praktik baik pada aspek lingkungan, sosial dan tata kelola.
Investasi tersebut ditujukan untuk mendorong partisipasi investor menuju sistem perekonomian yang berkelanjutan dan inklusif. Sekaligus mendukung program pemerintah untuk mencapai sustainable development goals atau SDGs.