Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Dunia: Perubahan Sistem Pertanian Pangan dapat Tekan Emisi Global

Bank Dunia menyatakan perubahan sistem pertanian pangan global menghadirkan peluang besar untuk mengurangi hampir sepertiga emisi gas rumah kaca dunia.
Bank Dunia: Perubahan Sistem Pertanian Pangan dapat Tekan Emisi Global. Seorang petani tengah berada di sawah di Sungai Sariak, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatra Barat. Di kawasan pertanian padi ini banyak tumbuh pembangunan rumah baru yang dapat berdampak pada penyusutan luas lahan tanam padi./Bisnis-Noli Hendrarn
Bank Dunia: Perubahan Sistem Pertanian Pangan dapat Tekan Emisi Global. Seorang petani tengah berada di sawah di Sungai Sariak, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatra Barat. Di kawasan pertanian padi ini banyak tumbuh pembangunan rumah baru yang dapat berdampak pada penyusutan luas lahan tanam padi./Bisnis-Noli Hendrarn

Bisnis.com, JAKARTA — Laporan terbaru Bank Dunia menyatakan perubahan sistem pertanian pangan global menghadirkan peluang besar untuk mengurangi hampir sepertiga emisi gas rumah kaca.

Direktur Pelaksana Senior Bank Dunia Axel van Trotsenburg mengatakan sistem pangan global dapat membuat tanah, ekosistem, dan manusia menjadi lebih sehat, sekaligus menarik karbon secara alami dari atmosfer.

“Mengubah cara negara-negara berpendapatan menengah menggunakan lahan, seperti hutan dan ekosistem untuk produksi pangan, dapat mengurangi sepertiga emisi pangan pertanian pada 2030,” ujar Trotsenburg dalam siaran pers, Selasa (7/5/2024).

Sistem pertanian pangan merupakan aksi perubahan iklim yang besar dan memiliki biaya rendah, tetapi belum dimanfaatkan.

Sementara itu, rilisnya laporan terbaru Bank Dunia memberi solusi atas perbedaan negara-negara berpendapatan tinggi, menengah, dan rendah dalam mencapai tujuan iklim.

Negara berpendapatan tinggi dapat memberi dukungan kepada negara-negara berpendapatan menengah dan rendah untuk mengadopsi metode serta teknologi pertanian rendah emisi.

Adopsi sistem tersebut termasuk bantuan teknis untuk program konservasi hutan yang menghasilkan kredit karbon berintegritas tinggi.

Selain itu, negara-negara berpendapatan tinggi dapat mengalihkan subsidi dari sumber pangan yang menghasilkan emisi tinggi, sehingga membuat makanan rendah emisi lebih terjangkau.

“Meskipun makanan di meja Anda mungkin terasa enak, tetapi hal ini juga merupakan bagian besar dari emisi perubahan iklim,” kata Trotsenburg.

Bagi negara-negara berpendapatan menengah, dapat menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan seperti mengurangi emisi dari peternakan dan beras, berinvestasi pada tanah yang sehat, dan mengurangi limbah pangan.

Solusi lainnya adalah menggunakan lahan lebih efisien dan berkelanjutan untuk mengurangi sepertiga emisi global terkait pangan pertanian.

Pada negara-negara berpendapatan rendah, dapat memanfaatkan peluang cerdas iklim untuk perekonomian yang lebih ramah lingkungan dan kompetitif.

Pelestarian dan pemulihan hutan akan mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan di negara-negara berpenghasilan rendah.

Langkah tersebut sejalan dengan mengingat lebih dari separuh emisi pangan pertanian mereka berasal dari pembukaan hutan untuk menghasilkan pangan.

Melalui solusi-solusi tersebut, Bank Dunia menyatakan seluruh negara perlu ambil bagian untuk mencapai net zero melalui sistem pangan, termasuk pupuk dan energi, produksi tanaman dan ternak, dan pengemasan serta distribusi di seluruh rantai nilai, dari pertanian hingga meja makan.

Adapun, laporan Bank Dunia mengungkap imbalan dari investasi pengurangan emisi pangan pertanian jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

Investasi tahunan perlu ditingkatkan hingga US$260 miliar per tahun untuk mengurangi setengah emisi pangan pertanian pada 2030 dan mencapai emisi nol bersih pada 2050.

Investasi ini akan menghasilkan lebih dari US$4 triliun, mulai dari peningkatan kesehatan manusia, ketahanan pangan dan gizi, kualitas pekerjaan dan keuntungan yang lebih baik bagi petani, hingga lebih banyak karbon yang tersimpan di hutan dan tanah. (Chatarina Ivanka)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper