Bisnis.com, JAKARTA — Bursa Efek Indonesia memiliki sejumlah emiten yang dapat dikategorikan sebagai saham-saham ramah lingkungan dan terangkum dalam indeks IDX ESG Leaders.
IDX ESG Leaders (IDXESGL) adalah Indeks yang mengukur kinerja harga dari saham-saham yang memiliki penilaian Environmental, Social, dan Governance (ESG) yang baik dan tidak terlibat pada kontroversi secara signifikan serta memiliki likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik.
ESG adalah suatu standar perusahaan yang di dalam praktik bisnis dan investasinya terdiri dari tiga kriteria yaitu, Environmental (lingkungan), Social (sosial), dan Governance (tata kelola perusahaan). Perusahaan yang menerapkan prinsip ESG tentu mengintegrasikan dan mengimplementasikan prinsip ESG dalam kebijakan perusahaannya.
Adapun, penilaian ESG dan analisis kontroversi dilakukan oleh Sustainalytics, yaitu lembaga independen terkemuka yang bergerak dalam bidang penelitian ESG dan tata kelola perusahaan.
Saham-saham ramah lingkungan dalam IDX ESG Leaders ini diambil dari konstituen indeks IDX80 yang merupakan Indeks yang mengukur kinerja harga dari 80 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Proses seleksi saham-saham IDX ESG Leaders
- Bursa Efek Indonesia menetapkan saham-saham dari konstituen Indeks IDX80 yang memiliki skor risiko ESG dari Sustainalytics.
- Mengeluarkan saham-saham yang emitennya terlibat dalam kontroversi kategori 4 dan 5.
- Mengeluarkan saham-saham, yang emitennya memiliki skor risiko ESG kategori tinggi (high) dan berat (severe)
- Memilih saham-saham dari emiten tersisa dengan peringkat skor risiko ESG terendah (15 sampai dengan 30 saham)
Indeks IDX ESG Leaders dihitung melalui metode Capped Free Float Adjusted Market Capitalization Weighted & ESG Tilt Factored, dan selanjutnya diterapkan pembatasan bobot saham paling tinggi sebesar 15% yang disesuaikan pada saat evaluasi.
Baca Juga
Ada dua evaluasi dalam IDX ESG Leaders, yaitu evaluasi mayor (dilakukan awal Maret dan September) dan evalusi minor (dilakukan awal Juni dan Desember).
Adapun, Sustainalytics mendefinisikan kontroversi kategori 4 yang dimaksud dalam poin 2 sebagai kontroversi yang berdampak tinggi terhadap lingkungan dan masyarakat dengan risiko bisnis tinggi, terjadi permasalahan struktural atau sistemik, insiden berulang, dan perusahaan memiliki sistem manajemen yang tidak memadai.
Sementara itu, kontroversi kategori 5 adalah kontroversi yang berdampak berat terhadap lingkungan dan masyarakat dengan risiko bisnis serius, terjadi perilaku negatif yang luar biasa, frekuensi insiden yang tinggi, dan perusahaan memiliki manajemen kontroversi yang buruk.
BEI merilis IDX ESG Leaders pada 14 Desember 2020. Kala itu, Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi mengatakan indeks IDX ESG Leaders dibangun berdasarkan penilaian risiko ESG untuk mengukur sejauh mana penerapan ESG dilakukan oleh perusahaan tercatat.
Hasan menambahkan peluncuran IDX ESG Leaders merupakan salah satu bentuk komitmen bursa dalam memperbanyak produk investasi yang dapat menjadi pilihan investor. Hal tersebut juga bentuk pengembangan investasi berkelanjutan dan peningkatan praktik Environmental, Social, and Governance (ESG) di pasar modal indonesia.
“Kehadiran indeks ini juga bisa dapat digunakan sebagai underlying bagi produk pasar modal lainnya seperti reksa dana atau Exchange Traded Funds (ETF). Sehingga, investor memiliki alternatif instrumen investasi yang lebih variatif,” katanya waktu itu.
Daftar 30 Saham Ramah Lingkungan IDX ESG Leaders Terbaru
Adapun, dalam periode 20 Desember 2023 hingga 19 maret 2024, ada 30 emiten yang masuk dalam IDX ESG Leaders.
Berdasarkan penutupan perdagangan Jumat (2/2/2024), total market cap atau kapitalisasi pasar 30 saham ramah lingkungan dalam IDX ESG Leaders mencapai Rp4.544,68 triliun atau setara Rp4,54 kuadriliun.
Total market cap IDX ESG Leaders sebesar Rp4,54 kuadriliun itu mencapai sekitar 39% dari total kapitalisasi pasar BEI sebesar Rp11,46 kuadriliun pada Jumat (2/2/2024).
Emiten perbankan tercatat mendominasi daftar saham ramah lingkungan dengan market cap terbesar dalam IDX ESG Leaders, seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan kapitalisasi pasar Rp1.195,76 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) sebesar Rp886,62 triliun, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Rp623 triliun.
Meski emiten bank bertengger sebagai pemilik kapitalisasi pasar terbesar dalam IDX ESG Leaders, namun pertumbuhan market capnya dalam 5 tahun terakhir sejatinya tidak terlalu menonjol dibandingkan dengan dua emiten lainnya.
Berdasarkan pertumbuhan kapitalisasi pasar pada periode 2018—hingga Jumat (2/2/2024), maka enam saham ramah lingkungan dalam IDX ESG Leaders mampu melesat hingga ratusan persen.
Enam saham ramah lingkungan itu adalah pertama PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA) yang tumbuh 348,26% pada periode 2018—2 Februari 2024, dari hanya Rp105,66 triliun menjadi Rp473,65 triliun.
Saham ramah lingkungan berikutnya, yaitu PT Tower Bersama Insfrastructure Tbk. (TBIG) yang market capnya naik 184,17%, dari Rp15,63 triliun menjadi Rp44,41 triliun.
Saham PT RMK Energy Tbk. (RMKE) tumbuh 159%, dari Rp971,3 miliar (2021) menjadi Rp2,52 triliun.
Saham ramah lingkungan lain PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) tumbuh 146,28%, dari Rp13,31 triliun menjadi Rp32,79 triliun.
Adapun, saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang market capnya naik 132,47%, dari Rp42,52 triliun pada 2018 menjadi Rp98,85 triliun pada Jumat (2/2/2024). Dengan demikian, konglomerat petrokimia RI Prajogo Pangestu memiliki dua emiten yang masuk dalam daftar saham ramah lingkungan.
Berikutnya, Saham PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA) tumbuh 114,90%, dari Rp1,24 triliun menjadi Rp2,66 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.