Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PLN Targetkan 59% Listrik Berasal Dari Energi Terbarukan Pada 2034

PLN ingin menambah kepasitas pembangkit listrik hingga sekitar 41,9 GW dari energi baru terbarukan hingga 2034.
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Minggu (18/8/2024)/Bisnis-Paulus Tandi Bone
Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Minggu (18/8/2024)/Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menargetkan energi baru terbarukan akan memasok mayoritas kebutuhan listrik di Indonesia, yaitu sebesar 59% pada 2034.

Direktur Manajemen Risiko PLN Suroso Isnandar mengatakan target tersebut sudah tercantum dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025—2034.

"Jadi energi terbarukan dalam 10 tahun ke depan akan mendominasi lanskap Indonesia," ujar Suroso dalam acara Indonesia-Switzerland Hydropower Conference 2025 di Kantor Pusat PLN, Jakarta Selatan, Selasa (15/4/2025).

Untuk mencapai itu, PLN ingin menambah kepasitas pembangkit listrik hingga sekitar 41,9 GW dari energi baru terbarukan hingga 2034. Perinciannya, 7,2 gigawatt (GW) dari tenaga angin, 16,9 GW dari tenaga surya, 5,1 GW dari tenaga panas bumi, 11,7 GW dari tenaga air atau hidro, dan 1 GW dari bioenergi.

Suroso tidak menampik target tersebut sangat ambisius. Hanya saja, dia meyakini target tersebut bisa tercapai terutama usai PLN telah mengidentifikasi potensi sumber energi terbarukan terutama dari tenaga hidro.

"Di Kalimantan potensinya bisa mencapai 13 gigawatt, di Sumatera lebih dari 7 gigawatt, di Sulawesi lebih dari 5 gigawatt," katanya.

Kendati demikian, dia mengakui potensi energi terbarukan itu hanya bisa dimanfaatkan secara maksimal apabila diikuti dengan pembangunan infrastruktur. Oleh sebab itu, Indonesia membutuhkan total investasi setidaknya US$162 miliar untuk proyek energi baru terbarukan (EBT). 

Dari jumlah tersebut, alokasi terbesar terkait dengan proyek energi terbarukan seperti hidro dan panas bumi yaitu sebesar US$59 miliar.

"Ini adalah peluang bisnis di Indonesia untuk 10 tahun ke depan. Untuk mengaksesnya, kita akan membutuhkan kolaborasi dan komitmen yang kuat," ucap Suroso.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper