Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menargetkan energi baru terbarukan akan memasok mayoritas kebutuhan listrik di Indonesia, yaitu sebesar 59% pada 2034.
Direktur Manajemen Risiko PLN Suroso Isnandar mengatakan target tersebut sudah tercantum dalam draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025—2034.
"Jadi energi terbarukan dalam 10 tahun ke depan akan mendominasi lanskap Indonesia," ujar Suroso dalam acara Indonesia-Switzerland Hydropower Conference 2025 di Kantor Pusat PLN, Jakarta Selatan, Selasa (15/4/2025).
Untuk mencapai itu, PLN ingin menambah kepasitas pembangkit listrik hingga sekitar 41,9 GW dari energi baru terbarukan hingga 2034. Perinciannya, 7,2 gigawatt (GW) dari tenaga angin, 16,9 GW dari tenaga surya, 5,1 GW dari tenaga panas bumi, 11,7 GW dari tenaga air atau hidro, dan 1 GW dari bioenergi.
Suroso tidak menampik target tersebut sangat ambisius. Hanya saja, dia meyakini target tersebut bisa tercapai terutama usai PLN telah mengidentifikasi potensi sumber energi terbarukan terutama dari tenaga hidro.
"Di Kalimantan potensinya bisa mencapai 13 gigawatt, di Sumatera lebih dari 7 gigawatt, di Sulawesi lebih dari 5 gigawatt," katanya.
Baca Juga
Kendati demikian, dia mengakui potensi energi terbarukan itu hanya bisa dimanfaatkan secara maksimal apabila diikuti dengan pembangunan infrastruktur. Oleh sebab itu, Indonesia membutuhkan total investasi setidaknya US$162 miliar untuk proyek energi baru terbarukan (EBT).
Dari jumlah tersebut, alokasi terbesar terkait dengan proyek energi terbarukan seperti hidro dan panas bumi yaitu sebesar US$59 miliar.
"Ini adalah peluang bisnis di Indonesia untuk 10 tahun ke depan. Untuk mengaksesnya, kita akan membutuhkan kolaborasi dan komitmen yang kuat," ucap Suroso.