Bisnis.com, JAKARTA — Riset bersama antara Asean dan Kanada mengungkap bahwa Asia Tenggara memiliki potensi besar untuk menjadi pusat produksi global Sustainable Aviation Fuels (SAF) atau bioavtur.
Dalam proyek bertajuk Promoting the Production of Sustainable Aviation Fuels (SAF) from Agricultural Waste in the ASEAN Region, produksi SAF di kawasan Asean diproyeksikan dapat melampaui kebutuhan domestik dan mendukung ekspor, baik di dalam maupun luar kawasan.
Laporan tersebut menekankan bahwa perluasan suplai bahan baku bioavtur akan bergantung pada praktik pertanian yang lebih efisien dan pemanfaatan biomassa skala besar, bukan pada ekspansi lahan.
Selain itu, mekanisasi, irigasi yang lebih baik, serta riset dan pengembangan dalam optimalisasi tanaman dapat meningkatkan pasokan bioavtur tanpa menyebabkan deforestasi atau konversi lahan.
Proyek riset ini turut menyoroti potensi SAF dalam mendorong kesetaraan gender dan pembangunan ekonomi. Sektor ini dinilai membuka peluang kerja, peningkatan keterampilan, dan partisipasi inklusif, khususnya bagi perempuan dan komunitas marjinal.
“Inisiatif ini merupakan langkah besar dalam komitmen Asean terhadap penerbangan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan sumber daya dan inovasi regional, kita tidak hanya menjawab tantangan lingkungan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan ketahanan energi kawasan,” kata , Wakil Sekretaris Jenderal Asean untuk Komunitas Ekonomi Asean Satvinder Singh dalam siaran pers yang dikutip Jumat (11/4/2025).
Baca Juga
Sharmine Tan, pemimpin keberlanjutan regional Boeing untuk Asia Tenggara, mengatakan bahwa SAF adalah peluang terbesar untuk memangkas emisi penerbangan dalam 30 tahun ke depan.
“Riset ini menegaskan potensi bahan baku bioavtur Asia Tenggara, yang dapat menjadikan kawasan sebagai pemain kunci dalam pemenuhan permintaan global bioavtur,” kata Sharmine Tan.
SAF atau bioavtur merupakan bahan bakar penerbangan terbarukan atau berbasis limbah yang memenuhi kriteria keberlanjutan. Bahan bakar ini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca, serta sesuai dengan infrastruktur dan pesawat yang ada.
Saat ini, mesin pesawat dapat menggunakan campuran hingga 50% SAF, tetapi industri tengah mengupayakan penggunaan 100% bioavtur. Secara keseluruhan, bioavtur dapat mengurangi emisi karbon hingga 80% sepanjang siklus hidupnya, tergantung pada bahan baku yang digunakan.
Penilaian teknis dan ekonomi dilakukan di tujuh negara anggota Asean yaitu Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Penilaian berfokus pada ketersediaan bahan baku, jalur teknologi, intensitas karbon, logistik, aspek lingkungan dan sosial, kerangka kelembagaan, dan kelayakan finansial.
Proyek riset ini dilaksanakan oleh Sekretariat Asean, GHD, Boeing, Canadian Trade and Investment Facility for Development (CTIF) dan didanai oleh Global Affairs Canada (GAC). Sementara itu, Cowater International bersama Institute of Public Administrators of Canada (IPAC) bakal mengimplementasikan.