Bisnis.com, JAKARTA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan sebagian besar wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau.
Direktur Informasi Perubahan Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab mengatakan awal musim kemarau di Indonesia berlangsung secara bertahap dimulai dari bagian tenggara, kemudian meluas ke barat, utara, dan berakhir ke timur dalam periode Maret hingga Agustus 2025.
Dari total 699 Zona Musim (ZOM), sebanyak 6 ZOM mengalami musim kemarau pada Maret 2025 lebih awal dibandingkan ZOM lainnya yaitu mencakup sebagian Pulau Madura di Jawa Timur, sebagian kecil Kalimantan Utara, serta Nusa Penida di Bali.
Pada April 2025, sebanyak 115 ZOM diprediksi akan memasuki musim kemarau, meliputi wilayah Lampung bagian timur, pesisir utara Jawa bagian barat, pesisir Jawa Timur, serta pesisir Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Memasuki Mei 2025, sebaran wilayah yang diprediksi akan memasuki musim kemarau meluas ke 147 ZOM mencakup sebagian kecil Sumatra, sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur, sebagian Kalimantan Selatan, Bali, serta Papua bagian selatan.
Sementara itu, sebanyak 141 ZOM diprediksi mulai mengalami musim kemarau pada bulan Juni 2025 yang meliputi sebagian besar wilayah Sumatra, Jawa bagian Barat, Kalimantan bagian selatan, dan sebagian kecil wilayah di Sulawesi dan Papua.
Selanjutnya, sebanyak 75 ZOM diprediksikan mulai mengalami musim kemarau pada Juli 2025, mencakup Kalimantan bagian selatan serta Sulawesi bagian selatan dan utara, sedangkan, pada Agustus 2025, sebanyak 67 ZOM diprediksi memasuki musim kemarau, meliputi sebagian pesisir timur Kalimantan, Sulawesi bagian tengah, dan Maluku.
"Sebanyak 403 ZOM di Indonesia masuk musim kemarau pada periode April hingga Juni 2025 dengan wilayah Nusa Tenggara merupakan wilayah yang diprediksikan mengalami kemarau lebih awal dibanding wilayah lainnya," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (10/4/20250.
Jika dibandingkan dengan normalnya atau rerata klimatologis selama 30 tahun pada periode 1991 hingga 2020, maka sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami awal musim kemarau pada periode waktu yang sama dengan kondisi normalnya yaitu sebanyak 207 ZOM.
Wilayah yang mengalami awal musim kemarau sama dengan normalnya tersebar di Sumatra, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Gorontalo dan Sulawesi Utara, sebagian Maluku serta sebagian Maluku Utara.
Sementara itu, sebanyak 204 ZOM wilayah diprediksi akan mengalami awal musim kemarau yang mundur atau datang lebih lambat dibandingkan dengan normalnya yaitu sebagian besar Kalimantan bagian Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, di Sulawesi, sebagian Maluku utara dan Merauke.
Sebanyak 154 ZOM diprediksi akan mengalami awal musim kemarau lebih cepat dibanding normalnya. Wilayah yang mengalami awal musim kemarau lebih cepat tersebar di sebagian besar Sumatra bagian tengah ke timur, pesisir utara Jawa Barat, Kalimantan bagian barat dan tengah, Sulawesi bagian tengah, serta beberapa bagian Maluku dan Papua.
Kemudian, puncak musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan terjadi pada periode Juni, pada Juli dan pada Agustus 2025 yaitu dialami oleh sebanyak 562 ZOM. Wilayah barat hingga barat laut Indonesia yaitu sebanyak 222 ZOM diprediksikan akan mengalami puncak kemarau pada Juni dan pada Juli 2025 yang mencakup Sumatra, Jawa bagian barat, Kalimantan bagian utara, sebagian kecil Sulawesi, Papua bagian tengah dan timur. Sementara itu, sebanyak 340 ZOM diprediksikan akan memasuki puncak kemarau pada Agustus 2025 yang meliputi wilayah Jawa bagian tengah hingga timur, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, sebagian Maluku, Maluku utara dan sebagian Pulau Papua.
Durasi musim kemarau 2025 di Indonesia diprediksi bervariasi di setiap wilayah. Sebagian besar ZOM di Sumatra diprediksikan mengalami musim kemarau dengan durasi antara 3 hingga 12 dasarian. Hal ini terjadi karena Sumatra mengalami dua kali musim kemarau dalam setahun sehingga setiap periode musim kemaraunya lebih pendek dibandingkan dengan daerah lainnya. Di Pulau Jawa, musim kemarau umumnya diprediksikan berlangsung antara 10 hingga 21 dasarian.
Sementara itu, di Kalimantan, musim kemarau diprediksikan sekitar 3 hingga 15 dasarian. Di Sulawesi, durasi musim kemarau bervariasi sekitar 3 hingga 24 dasarian. Wilayah Bali, NTB, dan NTT diprediksi mengalami musim kemarau dengan durasi sekitar 13 hingga 24 dasarian. Sementara itu, sebagian besar Maluku diprediksikan mengalami musim kemarau dengan durasi berkisar antara 3 hingga 9 dasarian. Di Papua, durasi musim kemarau diprediksikan lebih bervariasi dari 3 hingga 21 dasarian.
Sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi mengalami musim kemarau lebih pendek dari biasanya meliputi sebagian besar Sumatera, Jawa, Kalimantan bagian selatan, Sulawesi, Bali, NTB, NTT, Maluku Utara dan sebagian kecil wilayah Papua. Sebaliknya, terdapat wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau lebih panjang mencakup sebagian Sumatra dan Kalimantan. Selain itu, wilayah yang mengalami durasi musim kemarau yang Sama dengan normalnya meliputi Kalimantan bagian utara, sebagian Sulawesi, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Fachri menambahkan kemungkinan besar suhu udara 2025 tidak akan lebih panas daripada tahun 2024. Namun, suhu udara di tahun 2025 tetap lebih tinggi dibandingkan dengan rerata suhu normal di Indonesia sekitar 26 derajat celsius hingga 27 derajat celsius.
"Tahun 2024 rerata suhu nasional 27,53 derajat celsius, 0,85 derajat lebih tinggi dari rerata dan merupakan tahun terpanas sejak dimulainya pencatatan," katanya.